Contoh PTK Matematika Kelas 6 Peningkatan Kemampuan Menghitung Luas Segi Banyak Dengan Menggunakan Alat Peraga Bangun Datar Untuk Siswa Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah
Contents [Show Up]
Dahlan. 2019. Menghitung Luas Segi Banyak bagi siswa terkadang menjadi satu hal yang membingungkan dan kesulitan, karenanya, Upaya Peningkatan Kemampuan Menghitung Luas Segi
Banyak Dengan Menggunakan Alat Peraga Bangun Datar Untuk Siswa Kelas VI Seolah Dasar/Madrasah....dirasa perlu untuk dilaksanakan Penelitian tindakan Kelas sesuai dengan refleksi dan keadaan yang ada.
Kata Kunci: Menghitung Luas Segi Banyak
Melihat KKM yang ditentukan (60) ternyata hasil belajar siswa belummemenuhi harapan, masih banyak siswa yang belum tuntas (40%). Hal ini
disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah dan belum
menggunakan alat peraga. Jika hal ini dibiarkan terus menerus akan membuat
prestasi siswa akan semakin menurun, sehingga perlu dipecahkan. Untuk itu
perlu diadakan penelitian tindakan kelas yang memanfaatkan alat peraga dalam
rangka memperbaiki masalah di atas dengan rumusan masalah sebagai berikut:
bagaimana memanfaatkan alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pada semester I tahun pelajaran 2018 / 2019.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam
dua siklus yang meliputi kegiatan perencyang ditempuh : (1). Menentukan metode.
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). (2). Tindakana
Penelitian. Tindakan penelitian yang dilakukan 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Tindakan setiap siklus terdiri atas : 1). Perencanaan, mencakup appersepsi,
kegiatan inti, dan penutup. 2). Tindakan penelitian. 3). Pengamatan tindakan. 4).
Refleksi.
Analisis data yang digunakan berupa analisis deskripsi komparatif, yaitu
membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes
setelah siklus II. Untuk analisis data kualitatif dipergunakan analisis deskripsi
kualitatif berdasarkan hasil pengamatan.
Hasil penelitian yang dilakukan (1). Proses pembelajaran pada kondisi awal
siswa pasif dan tidak kreatif. Pada kondisi akhir terdapat peningkatan keaktifan
dan kreatifitas siswa. (2). Hasil belajar pada kondisi akhir terdapat peningkatan
daripada hasil belajar pada kondisi awal, dari nilai rerata 50,95 menjadi 81,90
meningkat 54.12 %.
D A F T A R I S I
ABSTRAK.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................ 5
2.1 KajianTeori ...................................................................................... 5
2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................ 20
2.3 Hipotesis Tindakan .......................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN. .............................................................. 22
3.1 Setting dan Subjek Karakteristik....................................................... 22
3.2 Variabel yang Diselidiki ................................................................... 23
3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................... . 23
3.4 Data dan Cara Pengumpulannya....................................................... 25
3.5 Indikator Kinerja .............................................................................. 26
3.6 Analisis / Interpretasi Data Penelitian............................................... 26
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 27
4.1 Pelaksanaan Tindakan...................................................................... 27
4.2 Hasil Analisa Data ........................................................................... 28
4.3 Pembahasan..................................................................................... 33
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN............................................................ 35
5.1 Simpulan .......................................................................................... 35
5.2 Saran................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 35
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, telah banyak upaya
dilakukan untuk memperbaiki aspek-aspek yang berkaitan pembelajaran.
Perbaikan itu meliputi tujuan, kurikulum, pelaksanaan pembelajaran,evaluasi, dan
kwalitas guru.
Berkaitan dengan perbaikan tujuan dan kurikulum dilakukan setiap
ada pembaruan perangkat kurikulum baru yang saat ini sedang diterapkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Sedangkan yang menyangkut
pelaksanaan pembelajaran meliputi perbaikan terhadap strategi maupun metode.
Namun kenyataan ini hasil belajar Matematika siswa-siswi Sekolah Dasar/madrasah…. .........
masih rendah. Melihat KKM yang ditentukan (60) ternyata belum memenuhi
harapan, masih banyak siswa yang belum tuntas mencapai 40% Hal ini merupakan
suatu masalah yang memerlukan teknik pemecahannya.
Berhubung belum semua siswa memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan
Minimal ( KKM ) maka diadakan perbaikan. Dari hasil belajar yang masih rendah
inilah, maka termotivasi untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Hasil belajar matematika rendah tentu ada penyebabnya. Sebelum
melakukan penelitian, proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode
ceramah dan pemberian contoh serta pemberian tugas. Dengan metode demikian
ternyata hasilnya rendah. Penyebabnya yang dianggap dominan yaitu belum
memanfaatkan/menggunakan alat peraga sebagai media proses pembelajaran.
Proses pembelajaran hanya mengutamakan segi teoritis saja, sehingga siswa cepat
lupa, bahkan tidak mengerti maksudnya. Dari kenyataan itu perlu adanya
perbaikan metode dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga
sebagai media pembantunya. Alat peraga yang ingin digunakan harus sesuai
dengan materi yang diajarkan Dengan dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas
ini, besar harapan kiranya ada perubahan yang lebih baik dari pada sebelumnya,
baik bagi siswa maupun bagi guru. Harapan bagi siswa adalah hasil belajar
Matematika dapat meningkat. Sedangkan harapan bagi guru adalah sudah
memanfaatkan alat peraga, sehingga siswa lebih mudah menerima materi, yang
pada akhirnya semua siswa bisa tuntas belajarnya, berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang ditetapkan yaitu 60..
Dari kenyataan itu, selaku guru merasa tidak berhasil dalam menyampaikan
materi pelajaran matematika. maka diperlukan cara pemecahan masalah dengan
melakukan tindakan dengan memanfaatkan alat peraga matematika model
gabungan bangun datar untuk meningkatkan hasil belajar, yang nantinya akan
dicatat sebagai Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, hanya mengidentifikasi satu masalah,
yaitu rendahnya hasil belajar matematika menghitung luas segi banyak yang
merupakan gabungan dari beberapa bangun datar. Hal ini dimaksudkan agar
benar-benar terfokus pada satu masalah. Masalah yang ingin dipecahkan yaitu:
1.Hasil belajar Matematika rendah kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
2.Guru mengajar hanya memberi contoh dan tugas karena kurang profesional melaksanakan PAKEM
3.Media alat peraga belum dimanfaat dengan baik. karena hanya mengejar materi saja
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah di atas, maka disajikan
rumusan masalah sebagai berikut: Apakah pemanfaatkan alat peraga bangun
datar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI Sekolah dasar/Madrasah
......... pada Semester I tahun pelajaran 2018 / 2019.
1.4 Tujuan Penelitian
Yaitu meningkatkan hasil belajar Matematika menghitung luas segi banyak
bagi siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri ......... pada semester I Tahun
Pelajaran 2018 / 2019.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang hasil belajar
Matematika menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan
dari beberapa bangun datar melalui pemanfaatan alat peraga bagi
siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri ......... pada Semester I Tahun Pelajaran 2018 / 2019
b. Dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1. Mengetahui dan memahami benar cara menghitung luas segi
banyak yang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar.
2. Siswa menjadi tuntas belajarnya.
b. Manfaat bagi guru
1. Bisa berhasil dalam memberikan materi pelajaran Matematika
khususnya menghitung luas segi banyak yang merupakan
gabungan dari beberapa bangun datar.
2. Hubungannya dengan profesi dapat menunjang karier.
c Manfaat bagi sekolah
1. Tercpainya Standar Kompetensi Belajar Minimal ( SKBM ) mata
pelajaran Matematika.
2. Dengan kreatifitas guru menyediakan alat peraga bisa menambah
koleksi alat peraga di Sekolah Dasar Negeri ..........
d. Manfaat bagi perpustakaan sekolah
1. Menambah koleksi buku non fiktif.
2. Dapat digunakan sebagai referensi bagi yang memerlukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Beberapa teori yang ada hubungannya dengan judul Penelitian
Tindakan Kelas kami yaitu Upaya peningkatan hasil belajar Matematika
menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari beberapa bangun
datar melalui pemanfaatan alat peraga bagi siswa kelas VI sekolah Dasar Negeri
......... pada Semester I Tahun Pelajaran 2018 / 2019, yang kami peroleh dari
beberapa buku sebagai referensinya, yaitu:
2.1.1 Hakekat Belajar
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan tentang hakekat /
pengertian belajar antara lain :
a. Menurut Morgan ( 1986 ) belajar didefinisikan sebagai setiap
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
pengalaman Definisi ini. Mencakup tiga unsur, yaitu : ( 1 ). Belajar
adalah perubahan tingkah laku, ( 2 ). Perubahan tersebut terjadi karena
latihan atau pengalaman. Perubahan yang terjadi pada tingkah laku
karena kedewasaan bukan belajar, dan ( 3 ). Perubahan tersebut harus
relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
b. Menurut Snelbecker ( 1974 ) menyimpulkan devinisi belajar sebagai
berikut : ( 1 ) Belajar harus mencakup tinglah laku . ( 2 ) Tingkah
laku tersebut harus berubah dari tingkat yang paling sederhana sampai
yang kompleks. ( 3 ) Proses perubahan tingkah laku tersebut harus
dapat dikontrol sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal.
c. Menurut Gagne ( 1984 ) Belajar adalah suatu proses dimana suatu
organisma berubah tingkah lakunya sebagai akibat pengalaman (
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002 : 2.3 ). Dari pengertian
tersebut terdapat tiga atribut pokok atau ciri utama belajar, yaitu :
proses, perilaku, dan pengalaman, dengan pengertian sebagai berikut
1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan
perasaannya aktif. Aktifitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat
diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan. Yang
dapat diamati guru adalah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai
akibat dari adanya aktifitas pikiran dan perasaan pada diri siswa
tersebut.
2. Perubahan Perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang
yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang
berupa pengetahuan, ketrampilan, atau penguasaan nilai-nilai sikap.
3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi
antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
sosial. Lingkungan fisik , misalnya :buku, alat peraga, alam sekitar.
Lingkungan sosial, misalnya : guru, siswa pustakawan, dan Kepala Sekolah.
Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman tidak langsung. Belajar melalui pengalaman langsung,
misalnya siswa belajar dengan melakukan sendiri dan pengalaman
sendiri. Belajar melalui pengalaman tidak langsung, misalnya
mengatahui dari membaca buku , mendengarkan penjelasan guru.
Belajar dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik
karena siswa lebih memahami, lebih menguasai pelajaran tersebut,
bahkan pelajaran terasa oleh siswa lebih bermakna.
d. Menurut HM. Surya, belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh
Individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu iti sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya ( Depdikbud Universitas Terbuka , 1997: 8.3 ).
Menurut HM. Surya ada keterkaitan antara pengertian belajar dengan pengertian lain, misalnya :
1. Belajar dan Pertumbuhan, Perkembangan dan Kematangan.
Dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan,akan
terjadi perubahan tingkah laku. Akan tetapi perubahan yang terjadi
dalam ketiga pengertian itu tidak tergolong sebagai perubahan dalam
arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam pertumbuhan,
perkembangan, dan kematangan akan terjadi dengan sendirinya karena
dorongan dari dalam secara naluriah. Proses belajar efektif apabila ada
persesuaian dengan proses pertumbuhan, perkembangan, dan
kematangan. Sebaliknya proses pertumbuhan dan perkembangan akan
berlangsung dengan baik apabila disertai dengan belajar.
2. Belajar dan Menghafal
Antara belajar dan menghafal ada keterkaitan. Belajar mempunyai
pengertian lebih luas daripada menghafal. Dalam menghafal
perubahan tingkah lakunya hanya terbatas dalam penyimpanan dan
pengeluaran informasi dalam kesadaran ( otak ). Sedangkan dalam
belajar perubahan tingkah lakunya mencakup keseluruhan. Menghafal
hanya salah satu aspek saja dari tingkah laku kognitif, dan belum
mencakup tingkah laku lainnya.
3. Belajar dan Latihan
Belajar dan latihan mempunyai keterkaitan meskipun tidak identik
Dalam belajar dan dalam latihan akan terjadi perubahan tingkah laku.
Aspek tingkah laku yang berubah karena latihan adalah perubahan
dalam bentuk skil atau ketrampilan.
4. Belajar dan Studi
Dalam aktifitas studi, perubahan tingkah laku yang terjadi adalah
aspek pengetahuan ( knowledge ) dan pemahaman (understanding)
Aktifitas studi merupakan bagian dari aktifitas belajar secara
keseluruhan.
5. Belajar dan Berpikir
Ada keterkaitan antara belajar dan berpikir. Berpikr merupakan proses
kognitif dalam tingkah laku yang lebih tinggi. Dalam berpikir individu
akan menggunakan berbagai informasi yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Untuk dapat berpikir secara
efektif seseorang harus menguasai sejumlah informasi ( fakta, konsep,
generalisasi, prinsip, teori, dan sebagainya ), Informasi yang dimiliki
seseorang diperoleh melalui belajar.
Teori-teori belajar Matematika dalam pembelajaran Matematika,
banyak dikemukakan oleh para ahli Matematika, antara lain :
1. Teori Belajar Bruner
Jeromi S.Bruner telah menulis hasil studinya tentang perkembangan
belajar, yang merupakan suatu cara untuk mendevinisikan belajar. Bruner
menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal
peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk
menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya,
yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau dikenalnya.
Menurut Bruner hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
a. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan ( Enactif )
Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan
benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Anak
masih dalam gerak refleks dan coba-coba, memanipulasikan,
menyusun, menjejerkan mengutak atik, dan bentuk-bentuk gerak lainnya.
b. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan ( Iconik )
Pada tahap ini anak telah mengubah, manandai, dan menyimpan
peristiwa- peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.
c. Tahap Simbolik ( Symbolic )
Pada terakhir ini, anak dapat mengutarakan bayangan- bayangan
mental tersebut dalam bentuk simbul dan bahasa.
2. Teori Belajar Dienes
Teori belajar Matematika menurur Dienes ada enam tahapan, yaitu :
a. Tahap 1. Bermain Bebas ( Free Play ) Pada tahap ini anak-anak
bermain bebas tanpa diarahkan dengan menggunakan benda-banda
Matematika kongkret.
b. Tahap 2. Permainan ( Games ) anak mulai mengamati pola dan
keteraturan yang terdapat dalam konsep melalui permainan, siswa
diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan struktur-struktur
Matematika, untuk menolong anak bersifat logis dan matematis.
c. Tahap 3. Penelaahan Kesamaan Sifat ( Searching For Comunities )
siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat
kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti.
d. Tahap 4. Representasi ( Reprecentation ) siswa mulai belajar
membuat pernyataan atau representasi tentang sifat-sifat kesamaan
suatu konsep matematika yang diperoleh pada tahap penelaahan
kesamaan sifat. Representasi bisa dalam bentuk gambar,diagram, atau
verbal ( dengan kata-kata atau ucapan )
e. Tahap 5. Simbolik ( Symboloc ) siswa perlu menciptakan simbol
matematika atau rumusan verbal yang cocok untuk menyatakan
konsep yang representasinya sudah diketahui pada tahap keempat.
Simbol segitiga adalah ∆ . Simbol angka satu adalah 1, dan
seterusnya.
f. Tahap 6. Formalisasi (Formalitation) siswa belajar
mengorganisasikan konsep-konsep mem,bentuk secara formal, dan
harus sampai pada pemahaman aksioma, sifat, aturan, dalil sehingga
menjadi struktur dari sistem yang dibahas.
3. Teori Belajar Van Hiele
Teori belajar menurut Van Hiele ada lima tahapan, yaitu :
a. Tahap 1. Pengenalan siswa mulai belajar mengenal suatu bangun
geometri secara keseluruhan, tetapi ia belum mampu mengetahui
adanya sifat-sifat dari bangun geometri yang dilihatnya itu.
b. Tahap 2. Analisis siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang
dimiliki bangun geometri yang diamati.
c. Tahap 3. Pengurutan siswa sudah mengenal dan memahami sifat-
sifat suatu bangun geometri yang satu sama lainnya saling
berhubungan.
d. Tahap 4. deduktif siswa telah mampu menarik kesimpulan secara
deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan menuju
ke hal-hal yang bersifat khusus.
e. Tahap 5. Akurasi siswa sudah mulai menyadari pentingnya
ketepatan prinsip-prinsip dasar yamg melandasi suatu pembuktian.
2.1.2 Hakekat Hasil Belajar
Hasil belajar didevinisikan sebagai berubahnya tingkah laku seseorang
yang telah mengalami belajar ( HM. Surya, 1997 : 8.3 ) Perubahan tingkah
laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Perubahan yang disadari, artinya individu yang malakukan proses
belajar menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah,
ketrampilan telah bertambah, ia lebih yakin terhadap dirinya, dan
sebagainya
b. Perubahan yang bersifat kontinu ( berkesinambungan ), artinya suatu
perubahan yang terjadi, menyebabkan terjadinya perubahan tingkah
laku yang lain. Misalnya seorang anak yang telah belajar menghitung,
akan berubah tingkah lakunya dari tidak dapat menghitung menjadi
dapat menghitung.
c. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah
diperoleh sebagai hasil belajar memberikan manfaat bagi individu
yang bersangkutan. Misalnya, kecakapan dalam berhitung
memberikan manfaat untuk berdagang.
d. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi pertambahan
perubahan dalam diri individu. Perubahan yang diperoleh itu
senantiasa bertambah, sehingga berbeda daengan keadaan
sebelumnya. Orang yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu
yang lebih banyak, lebih baik, dan lebih luas dalam dirinya.
e. Perubahan yang bersifat aktif,, artinya perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya, tetapi melalui aktifitas individu.
f. Perubahan yang bersifat permanen ( menetap ), artinya perubahan
yang terjadi sebagai hasil belajar akan berada secara kekal di dalam
diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. Misalnya
kecakapan membaca, menulis, berhitung. Sedangkan perubahan yang
bersifat sementara bukan hasil belajar, misalnya sakit, menangis,
berkeringat, mabuk, bersin.
g. Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi
karena ada sesuatu yang akan dicapai. Dalam proses belajar semua
aktifitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Misalnya
seorang individu belajar Matematika dengan tujuan agar ia dapat
berhitung dengan lancar.
2.1.3 Hakekat Matematika
Ada beberapa hakekat atau devinisi tentang pengertian Matematika,
yaitu
a. Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan Depdikbud, 1993 : 566 )
b. Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis,
abstrak, bahas simbol yang padat arti, dan semacamnya ( Karso, 2002 : 1.4 )
Mengingat adanya perbedaan karakteristik, maka diperlukan adanya
kemampuan khusus dari seorang gura\u untuk menjembatani antara
dunia anak yeng belum berpikir secara deduktif untuk mengerti dunia Matematika yang bersifat deduktif.
Dari dunia Matematika yang merupakan sebuah sistem, yang dedukrtif telah mampu mengembangkan model-model yang merupakan contoh dari sistem ini. Model-model Matematuika sebagai inpretasi dari sistem Matematika ini kemudian ternyata dapat digunakan untuk mengatasi persolan-persoalan dunia nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah dengan Matematika dapat membentuk pola orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Namun sayangnya, pengembangan sistem atu model Matematika itu tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir aanak, teruatama pada anak usia Sekolah Dasar. Apa yang dianggap logis dan jelas bagi para ahli, merupakan hal yang tidak masuk akal dan emembingungkan bagi anak-anak. Hal ini pulalah yang menyebabkan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar selalu menarik untuk dibicarakan
Matematika bagi siswa Sekolah Dasar berguna untuk kepentingan
hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirannya,
dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian. Kegunaan atau
manfaat Matematika bagi siswa Sekolah Dasar adalah sesuatu yang
jelas yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Lebih-leboih pada era
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Persoalannya sekarang adalah materi-materi mana yang diperlukan
untuk anak-anak Sekolah Dasar, dan bagaimana cara mempelajarinya.
c. Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, yiatu matheinatau
manthenein, yang artinya mempelajari. Namun diduga kata itu erat
hubungannya dengan kata Sansekerta Medha atau wydya, yang
artinya kepandaianketahuan atau intelgensi ( Andi Hakim Nasution, 1980 : 12 ).
d. Matematika itu terorganisaikan dari unsur-unsur yang tidak
didevinisikan, devinisi-devinisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil
dimana setelah dalil-dalil dibuktikan kebenarannyaberlaku secara
umum, karena itulah Matematika sering disebut ilmu deduktif ( Russeffendi, 1989 : 23 ).
e. Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian
yang logik, bahasa yang menggunakan istilah didevinisikan dengan
cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat,
lebih dari bahasa simbol daripada bunyi. Matematika adalah
pengetahuan berstruktur yang terorganisasi, sifat-sifat atu teori-teori
dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak
didevinisikan, aksioma, sifat teori yang telah dibuktikan
kebenarannya. Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan,atau
ide, dan Matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat
pada keterurutan dan keharmonisannya ( Johnson dan Rising, 1972).
f. Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan suatu jalan
atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat ( Reys, 1984 ).
g. Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu terutama untuk
membantu manusia memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi, dan alam.
Berdasarkan pernyataan para ahli Matematika di atas, dapat dikatakan
bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang bberhubungan dengan
penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan
hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep
yang terdapat dalam Matematika. Hal ini berarti belajar Matematika adalah
belajar konsep dan strutur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang
dipelajari, serta mencari hubungan diantara konsep dan struktur tersebut ( Karso, 2002 : 1.40 )
Matematika disebut ilmu deduktif, karena metode dalam pencarian
kebenaran dalam Matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan umumnya.
Metode pencarian yang dipakai oleh Matematika adalah deduktif. Sedang
ilmu opengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen.
Konsep-konsep dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar yaitu:
1. Konsep Dasar
Konsep dasr dalam mempelajari Matematika merupakan materi-
materi atau bahan-bahan dan sekumpulan bahasan, dan umumnya
merupakan meteri baru bagi para siswa yang mempelajarinya.
Konsep dasar ini merupakan konsep-konsep yang pertama kali
depelajari siswa dari sejumlah konsep yang diberikan.
2. Konsep Yang Berkembang
Konsep yang berkembang dari konsep dasar merupakan sifat atu
penerapan dari konsep-konsep dasar. Konsep yang berkembang ini
merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan dalam mempelajarinya
memerlukan pengetahuan tenytang konsep dasar.
3. Konsep Yang Harus Dibina Ketrampilannya.
Konsep yang termasuk ke dalam konsep ini dapat merupakan konsep-
konsep dasar atau konsep-konsep yang berkembang. Konsep-konsep
jenis ini perlu mendapat perhatian dan pembinaan dari guru, sehingga
para siswa mempunyai ketrampilan dalam menggunakan atau
menampilkan konsep-konsep dasar atau konsep-konsep yang berkembang.
2.1.4 Hakekat Segi Banyak.
Segi banyak adalah suatu kurva sederhana tetutup yang dibentuk oleh
atau terdiri dari segmen garis-segmen garis ( Mukhtar A. Karim, 2003 : 1.24 ).
Segmen garis-segmen garis yang telah membentuk segi banyak
tersebut dinamakan sisi. Segi banyak mempunyai paling sedikit tiga sisi.
Segi banyak dengan tiga sisi dinamakan segitiga. Segi banyak dengan
empat sisi dinamakan segi empat, segi banyak dengan lima sisi dinamakan
segi lima, dan begitu seterusnya. Apabila sisi dan sudut segi banyak itu
berukuran sama, segi banyak tersebut dinamakan segi banyak beraturan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini :
Segitiga segi empat segi lima segi enam
Segitiga merupakan segi banyak yang paling dasar. Segi banyak ini
mempunyai tiga sisi dan dapat dibedakan dari sisi-sisi atau sudut-sudut
yang membentuknya. Segitiga dengan dua sisi yang sama panjang disebut
segitiga sama kaki. Segitiga dengan tiga sisinya sama panjang disebut
segitiga sama sisi. Segitiga yang mempunyai sudut siku-siku disebut
segitiga siku-siku.
a. Segi banyak berikutnya adalah segi empat. Segi empat adalah
merupakan bentuk segi banyak yang paling banyak. Segi empat
mempunyai empat sisi yang membentuk empat sudut. Beberapa
bentuk segi empat adalah : persegi, persegi panjang, jajar genjang,
layang-layang, belah ketupat, dan trapesium.Untuk membedakan
macam-macam bentuk segi empat tersebut dapat dilihat sifat-sifat
yang mungkin terdapat pada segi empat tersebut
Sudut-sudutnya merupakan sudut siku-siku atau bukan. yaitu:
b. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar atau tidak.
c. Sisi-sisinya mempunyai panjang sama atau tidak.
Persegi adalah segi empat dengan empat sisi sama panjang dan empat
sudutnya siku-siku. Persegi panjang adalah segi empat dengan empat
sudutnya siku-siku. Jajar genjang adalah segi empat dengan dua pasang sisi
yang berhadapan sejajar. Layang-layang adalah segi empat dengan dua
pasang sisi yang berdekatan sama panjang. Trapesium adalah segi empat
dengan tepat satu pasang sisinya sejajar. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar di bawah ini :
Persegi Persegi panjang jajar genjang
Layang-layang Belah ketupat Trapesium
2.1.5 Hakekat Bangun Datar
Bangun datar merupakan salah satu pokok bahasan yang sangat
penting baik dalam mempelajari geometri maupun penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Bangun datar sangat dibutuhkan sebagai prasarat
untuk mempelajari bangun ruang.
Bangun datar meliputi titik, garis, ruas garis, sinar, sudut, kurva dan
jenisnya, segi banyak, lingkaran dan tangram. Dalam kehidupan sehari-hari
bangun datar banyak ditemukan, misalnya kusen pintu ruang kelas, sisi atau
tepi papan tulis, sisi atau tepi tegel, dan sebagainya.
2.1.6 Hakekat Alat Peraga.
Berbicara alat peraga sebagai media pendidikan dan pengajaran dapat
dilihat dalam pengertian yang luas maupun terbatas. Berbagai sudut
pandang, maksud dan tujuan tertentu menyebabkan timbulnya berbagai
macam pengertian tentang alat peraga. Berbagai pendapat para ahli
pendidikan yang menjelaskan pengertian alat peraga antara lain :
a. Gagne, menempatkan alat peraga sebagai komponen sumber. Alat
peraga didevinisikan sebagai komponen sumber belajar di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
b. Briggs, berpendapat harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan
materi atau pesan kurikuler supaya terjadi proses belajar. Karena alat
peraga didevinisikan sebagai wahana fisik yang mengandung materi
pembelajaran.
c. Wilber Schramm, melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai
teknik untuk menyampaikan pesan. Menurutnya alat peraga adalah
teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran.
d. Yusup Hadi Miarso, melihat alat peraqga secara makro dalam
keseluruhan sistem pendidikan, sehingga devinisinya berbunyi segala
sesuatu yang dapat merangsang proses terjadinya proses belajar.
Terlepas dari ragamnya pengertian alat peraga, secara umum devinisi
dari alat peraga adalah segala sesuatu ( benda, model, gambar, gerak )
yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar yang dapat
merangsang siswa untuk mempermudah atau memperjelas dalam penyampaian materi.
Tujuan, fungsi, dan manfaat alat peraga.
1. Tujuan penggunaan alat peraga.
a. Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran.
b. Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting.
c. Memberi variasi dalam pembelajaran.
d. Memperjelas struktur pengajaran.
e. Memotivasi belajar.
2. Fungsi alat peraga
Alat peraga sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran memiliki
fungsi yang jelas, yaitu memperjelas, memudahkan siswa dalam
memahami konsep, prinsip atau teori, dan membuat pesan kurikulum
yang akan disampaikan kepada siswa menarik, sehingga motivasi
belajar siswa meningkat dan proses belajar akan lebih efektif dan efisien.
3. Manfaat Alat Peraga
Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran sangat bermanfaat,
baik bagi siswa maupun bagi guru.
a. Manfaat bagi siswa
1. Dapat meningkatkan motivasi belajar
2. Dapat menyediakan variasi belajar
3.Dapat memberikan gambaran struktur yang memudahkan belajar
4. Dapat memberikan contoh yang efektif
5. Dapat merangsang berpikir analisis
6.Dapat memberikan situasi belajar yang tanpa beban atau tekanan
b. Manfaat alat peraga bagi guru, yaitu :
1.Dapat digunakan bagi guru dalam merumuskan tujuan
pembelajaran
2. Dapat memberikan sistematika mengajar
3. Dapat memudahkan kendali pengajaran
4. Dapat membangkitkan rasa percaya diri dalam mengajar
5. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
2.1.7 Alat Peraga Bangun Datar
Suatu hal yang perlu mendapat perhatian adalah teknik penggunaan
alat peraga dalam pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu perlu
dipertimbangkan kapan digunakan dan jenis alat peraga mana yang sesuai
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar dapat memilih dan menggunakan
alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran,
maka perlu diketahui fungsi alat peraga.
Fungsi alat peraga bangun datar adalah:
1. Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep matematika bangun datar.
2. Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep bangun datar.
3. Sebagai media untuk menunjukan hubungan antara konsep matematika
dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata
2.2 Kerangka Berpikir
Agar upaya peningkatan hasil belajar Matematika menghitung luas segi
banyak yang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar bagi siswa kelas
VI Sekolah Dasar Negeri ......... pada Semester I Tahun Pelajaran 2018 / 2019
dapat tercapai, maka terlebih dahulu ditentukan alur tindakan atau kerangka
berpikir yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. Tujuannya
agar tahapan tindakan yang dilakukan benar-benar terarah dan tepat sasaran.
Agar lebih jelas alur tindakan atau kerangka berpikir tersebut, digambarkan
seperti di bawah ini.
Berdasarkaan kajian teori dan kerangka berpikir, melalui pemanfaatan
alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika menghitung luas
segi banyak yang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri
............, Kecamatan ............, Kabupaten ............. Di Sekolah
Dasar Negeri ......... inilah penulis mengajar, dan merupakan satu-
satunya sekolah yang ada di desa ............. Lokasinya ujung barat laut
wilayah Kecamatan ............ berbatasan dengan wilayah
Kecamatanm ............. Jarak dari desa ............ lebih kurang 4
km. Sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan. Hanya sebagian kecil
dataran berupa sawah tadah hujan. Perumahan penduduk kebanyakan di
dataran tinggi. Lokasi Sekolah Dasar Negeri ......... di samping
persimpangan jalan dan merupakan jantung Desa .......... Kebetulan
lokasinya di dataran rendah. Karena tanah untuk mendirikan gedung
sekolah adalah sawah.
Sekolah dasar Negeri ......... memiliki dua gedung yang
dipisahkan oleh jalan desa yang membujur ke barat dan timur. Gedung
sebelah selatan terdiri dari kantor, ruang kelas IV, ruang kelas V, ruang
kelas VI, dan WC. Gedung sebelah utara terdiri dari ruang kelas I, ruang
kelas II, dan ruang kelas III. Kelas yang diteliti adalah kelas VI, karena :
1. Kelas VI mempunyai masalah yang perlu depecahkan, yaitu hasil
belajar Matematika menghitung luas segi banyak yang merupakan
gabungan dari beberapa bangun datar rendah.
2. Peneliti sebagai kepala sekolah bekerja sama dengan guru kelas VI
untuk melaksanakan pembelajarannya.
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) tentang usaha meningkatkan hasil
belajar Matematika menghitung segi banyak yang merupakan gabungan
dari beberapa bangun datar melalui pemanfaatan alat peraga bagi siswa
kelas VI Sekolah dasar Negeri ......... pada Semester I Tahun Pelajaran
2018 / 2019 dilakukan dalam waktu dua bulan, yaitu mulai bulan Nopember
2009 sampai dengan bulan Desember 2009, karena merupakan hari efektif
masuk sekolah dan sesuai dengan program Semester.
Subyek yang digunakan sebagai pendukung Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri ......... pada
Semester I Tahun Pelajaran 2018 / 2019, sejumlah 21 siswa terdiri dari laki-
laki 11 anak, perempuan 10 anak. Ini merupakan jumlah siswa terkecil kelas
VI Sekolah Dasar Negeri ......... dibanding tahun-tahun yang telah
lalu,yang jumlahnya di atas 21, bahkan pernah mencapai 40 lebih.
3.1 Variabel yang Diselidiki
Variabel dalam penelitian adalah hasil belajar Matematika dengan
pokokbahasan menghitung luas segi banyak menggunakan alat peraga bangun
datar pada siswa kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah.... ......... Kecamatan ............ Kabupaten
............ tahun pelajaran 2018 / 2019
3.3 Prosedur Penelitian
Tindakan penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu :
3.3.1 Siklus I meliputi :
1. Perencanaan
a. Appersepsi
Guru menanyakan kepada siswa tentang ulangan Matematika
menghitung luas dari beberapa bangun datar yang lalu, untuk
mengingat dan menghubungkannya dengan tindakan yang akan
dilakukan.
b. Kegiatan inti
1. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok besar masing-masing
beranggotakan 7 siswa.
2. Tiap kelompok disuruh menghitung luas bangun datar (
persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, belah
ketupat,lingkaran, layang-layang, dan trapesium ) yang
digambar pada paan tulis.
3. Koreksi hasil penghitungan siswa
c. Penutup
Pemberitahuan untuk tindakan selanjutnya (Siklus II)
2. Tindakan Penelitian dan Pengamatan Tindakan
Kegiatan yang dibuat yaitu upaya peningkatkan kemampuan
manghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari
beberapa bangun datar melalui pemanfaatan alat peraga.
Obyek yang diamati adalah siswa pada saat melakukan kegiatan
menghitung luas dari beberapa bangun datar cecara kelompok.
Dengan pengamatan tersebut kami bisa mengetahui aktifitas setiap
siswa dalam kelompoknya. Sebagai dasar untuk memasukkan ke
dalam lembar pengamatan.
3. Refleksi
Dengan tindakan siklus I, hasilnya bisa dibandingkan dengan
hasil belajar pada kondisi awal, sehingga bisa ketahui apakah
meningkat, apakah justru menurun. Pada kondisi awal proses
pembelajaran hanya secara teoritis.Pada tindakan siklus I proses
pambelajaran belum memanfaatkan alat peraga.
3.3.2 Siklus II
Tindakan yang diakukan pada siklus II adalah:
1. Perencanaan, terdiri dari:
a. Appersepsi
Guru menanyakan kepada siswa tentang kegiatan pada tindakan
siklus I, untuk mengingat kembali dan menghubungkannya ke
tindakan siklus II.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing
beranggotakan 4 siswa.
2. Tiap kelompok diberi model beberapa bangun datar (persegi,
persegi panjang, segi tiga, jajar genjang, belah ketupat,
lingkaran, layang-layang, trapesium), dengan ukuran berbeda
dari siklus I agar di hitung luasnya.
3. Koreksi hasil penghitungan siswa.
c. Penutup
1. Memberitahukan hasil dari penghitungan siswa.
2. Pemantapan dan pengayaan.
2. Tindakan penelitian dan Pengamatan Tindakan
Kegiatan yang dibuat, yaitu upaya meningkatkan hasil belajar
Matematika menghitung luas segi banyak yang merupakan
gabungan dari beberapa bangun datar melalui pemanfaatan alat
peraga. Obyek yang diamati yaitu siswa pada saat melakukan
kegiatan menghitung luas beberapa bangun datar secara kelompok.
Dengan pengamatan tersebut guru bisa mengetahui aktifitas tiap
siswa dalam kelompoknya, sebagai dasar untuk memasukkan ke
dalam lembar pengamatan.
3. Refleksi
Dengan tindakan siklus II, hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil
dari tindakan siklus I. Pada siklus I dengan kelompok besar belum
dengan alat peraga, sedang pada siklus II dengan kelompok kecil
menggunakan alat peraga.
3.4 Data dan Cara Pengumpulannya
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik test dan non
test.Test menurut jenisnya ada tiga, yaitu tertulis, lisan, perbuatan. Sedangkan
menurut bentuknya, test terdiri dari: pilihan ganda, isian, menjodohkan, jawab
singkat dan uraian.Teknik test yang digunakan adalah jenis test tertulis, dengan
bentuk test uraian.Sedang untuk non test menggunakan pengamatan.Karena
teknik pengumpulan data yang digunakan test tertulis dan pengamatan, maka alat
pengumpul data yang digunakan adalah butir soal dan lembar pengamatan siswa.
3.5 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari hasil nilai tes rata-rata pada mata
pelajaran matematika dengan pokok bahasan luas segi banyak. Penelitian ini
dikatakan berhasil apabila ketuntasan belajar secara klasikal 75% dengan nilai KKM (60)
3.6 Analisis/Interpreasi Data Penelitian
Analisis data kuantitatif yang dipergunakan adalah analisis deskripsi
komparatif, yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I,
dan nilai tes setelah siklus II.Untuk analisis data kualitatif, dipergunakan analisis
deskripsi kualitatif berdasarkan hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, proses pembelajaran
dilakukan secara klasikal. Siswa duduk menghadap satu arah ke papan tulis
dengan susunan meja tiga baris ke belakang. Perhatian semua siswa terpusat
pada guru dan papan tulis.
Proses pembelajaran yang dilakukan adalah :
1. Guru menyuruh siswa membuka Buku Matematika Gemar Berhitung
Penerbit Tiga Serangkai halaman 68, sambil menyebutkan materi yang
akan diajarkan.Guru memulai pelajaran dengan menyuruh siswa membuka buku paket.
2. Guru menulis materi di papan tulis yaitu tentang menghitung luas dari
beberapa bangun datar dan menuliskan rumus cara menghitung luas
bangun datar.Guru menulis materi dan rumus sekaligus di papan tulis
3. Guru menerangkan cara menghitung luas beberapa bangun datar serta memberi contoh soal.
4. Guru memberi Pekerjaan Rumah.
Dalam proses pembelajaran, guru lebih aktif dari pada siswa. Guru
lebih banyak menerangkan, sedang siswa lebih banyak memperhatikan dan
mendengarkan. Guru mengajar hanya berdasarkan teori yang ada di buku
tersebut. Guru hanya menerangkan secara teoritis tanpa menggunakan alat
peraga atau melakukan percobaan/latihan. Guru mengajar secara teori dan tidak menggunakan alat peraga, siswa pasif
Berikutnya adalah koreksi hasil pekerjaan rumah. Hasilnya
dicantumkan pada Buku Daftar Nilai. Nilai Ulangan Harian dengan soal 10
butir bentuk uraian dari 21 siswa adalah sebagai berikut : 40, 40, 50, 70, 40,
40, 50, 30, 90, 80, 50, 40, 50, 50, 90,50,60,70,80,70 dan 40. Dengan kata
lain 1 siswa mendapat nilai 30, 6 siswa mendapat nilai 40, 6 siswa mendapat
nilai 50, 4 siswa mendapat nilai 70, 2 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa
mendapat nilai 90. Nilai terendah 30 ada 1 siswa, nilai tertinggi 90 ada 2 siswa. Nilai rata-rata 50,90.
Tabel 1
Ketuntasan belajar pra siklus
Nilai Banyak siswa Keterangan %
≥60 5 23,81
<60 16 76,19
a. Siklus I
Tidakan pada siklus I, yaitu :
1).Perencanaan
a. Appersepsi
Kami menanyakan kepada siswa tentang ulangan Matematika
bangun datar yang lalu, untuk mengingat dan menghubungkannya
dengan tindakan yang akan dilakukan.
b. Kegiatan inti
1.Siswa dibagi menjadi tiga kelompok besar oleh ketua kelas
masing-masing beranggotakan 7 siswa.
2.Tiap kelompok diberi tugas mencari luas beberapa bangun datar (
persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang, belah ketupat,
lingkaran, layang-layang dan trapesium, beserta ukurannya.
Dengan bimbingan guru, tiap kelompok menghitung luas bangun-
bangun tersebut.Dengan bimbingan guru kelompok siswa sedang
menghitung luas bangun datar
3.Tiap kelompok menyampaikan hasil penghitungan bangun datar
tersebut, dan masing-masing kelompok saling menanggapi.
4.Guru menanggapi hasil penghitungan tiap kelompok siswa.
5.Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
masalah / kesulitan yang dihadapi waktu melakukan kegiatan.
6.Untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai materi,
diadakan Ulangan Akhir Siklus I.
c.Penutup
- Pemberitahuan hasil dari penghitungan siswa.
- Pemberitahuan untuk tindakan selanjutnya (Siklus II)
2) Tindakan Penelitian
Kegiatan yang kami buat yaitu upaya peningkatkan hasil belajar
Matematika manghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari
beberapa bangun datar melalui pemanfaatan alat peraga.
3) Pengamatan Tindakan
Obyek yang diamati adalah siswa pada saat melakukan kegiatan
menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari beberapa
bangun datar secara kelompok. Dengan pengamatan tersebut kami bisa
diketahui aktifitas setiap siswa dalam kelompoknya. Sebagai dasar untuk
memasukkan ke dalam lembar pengamatan.
4) Refleksi
Dengan tindakan siklus I, hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil belajar
pada kondisi awal, ketahui meningkat. Pada kondisi awal proses
pembelajaran hanya secara teoritis. Pada tindakan siklus I proses
pambelajaran sudah memanfaatkan peraga.
Tabel : 2
Ketuntsan belajar siswa siklus 1
Nilai Banyak siswa Keterangan %
≥60 18 85,71
<60 3 14,29
b. Siklus II
Tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah:
1) Perencanaan, terdiri dari:
a. Appersepsi
Saya menanyakan kepada siswa tentang kegiatan pada tindakan
siklus I, untuk mengingat kembali dan menghubungkannya ke
tindakan siklus II.
b. Kegiatan Inti
1.Siswa dibagi menjadi empat kelompok kecil masing-masing
beranggotakan 4 siswa.
2.Tiap kelompok diberi model beberapa bangun datar ( persegi,
persegi panjang, segitiga, jajargenjang, belah ketupat, lingkaran,
layang-layang dan trapesium, dengan ukuran berbeda dengan
siklus I.Dengan bimbingan guru, tiap kelompok menghitung luas
bangun bangun tersebut.
3.Tiap kelompok menyampaikan hasil penghitungan bangun datar
tersebut, dan masing-masing kelompok saling menanggapi.
4.Guru menanggapi hasil penghitungan tiap kelompok siswa.
5.Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
masalah / kesulitan yang dihadapi waktu melakukan kegiatan.
6.Untuk mengatahui seberapa jauh siswa menguasai materi,
diadakan Ulangan Akhir Siklus II.
c. Penutup
Memberitahukan hasil dari penghitungan siswa.
2) Tindakan penelitian
Kegiatan yang dibuat, yaitu upaya meningkatkan hasil belajar
matematika tentang menghitung luas segi banyak merupakan
gabungan dari beberapa bangun datar melalui pemanfaatan alat
peraga.
3) Pengamatan tindakan
Obyek yantg dimati yaitu siswa pada saat melakukan kegiatan
menghitung luas beberapa bangun datar secara kelompok.Dengan
pengamatan tersebut bisa diketahui aktifitas tiap siswa dalam
kelompoknya, sebagai dasar untuk memasukkan ke dalam lembar
pengamatan.
4) Refleksi
Dengan tindakan siklus II, hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil
dari tindakan siklus I.Pada siklus I dengan kelompok besar, sedang,
pada siklus II dengan kelompok kecil.
Tabel : 3
Ketuntasan belajar siswa siklus 2
Nilai Banyak siswa Keterangan %
≥60 20 95,24
<60 1 4.76
Tabel : 4
Tindakan dan Hasil Belajar
1. Proses pembelajaran pada kondisi awal siswa pasif dan tidak kreatif. Pada
kondisi akhir terdapat peningkatan keaktifan dan kreatifitas siswa.
2. Hasil belajar pada kondisi akhir terdapat peningkatan dari pada hasil belajar
pada kondisi awal, dari rata-rata 50,95 menjadi 81,8 meningkat 34,8 %.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa Kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah......... Kecamatan ............
Kabupaten ............ tahun pelajaran 2018 / 2019 pada pembelajaran
menghitung luas segi banyak dengan menggunakan alat peraga bangun datar
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes siklus I sampai
siklus II mengalami peningkatan. Hasil rata-rata tes siklus I mencapai 78,7
atau 85,71%. Pada siklus II rata-rata tes formatif siswa mencapai 81,8 atau
95,14%. Antara hasil rata-rata tes yang diperoleh pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan sebesar 9,43%.
2. Perilaku siswa kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah......... Kecamatan ............ Kabupaten
............ tahun pelajaran 2018 / 2019 setelah mengikuti pembelajaran dengan
penggunaan alat peraga bangun datar mengalami perubahan.Perubahan
perilaku siswa ini ditunjukkan dari data non tes melalui observasi.Berdasarkan
data observasi pada siklus I kegiatan pembelajaran kurang bersemangat, siswa
masih kurang siap menerima pembelajaran dengan alat peraga bangun datar .
Sebagian siswa masih pasif dalam pembelajaran, dan masih banyak siswa
melihat pekerjaan temannya saat mengerjakan tes formatif. Sementara itu,
pada siklus II terjadi perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik. Siswa
terlihat lebih aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Hal ini
dikarenakan siswa sudah mulai menyesuaikan dengan pola pembelajaran
tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga
bangun datar meningkatkan perilaku positif siswa dan mengubah perilaku
negatif siswa ke arah yang lebih baik.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas
di kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah........ , maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.
1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat bantu atau peraga dalam
menghitung luas segi banyak dapat membangkitkan minat belajar siswa
2. Guru dalam pembelajaran menghitung luas segi banyak menggunakan media
atau alat peraga bangun datar agar menarik bagi siswa,
3. Setiap siswa sebaiknya memiliki alat peraga bangun datar minimal tiap
kelompok satu,
4. Guru perlu menjelaskan kembali cara menggunakan alat bangun datar agar
yang belum jelas dapat menjadi jelas.
DAFTAR PUSTAKA
H. Udin S. Winataputra, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
HM. Surya, DKK, 1997, Kapita Selekta Pendidikan SD, Jakarta, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
Bambang Suharmantri, 1998, Belajar dan Pembelajaran, Seamarang, FPTK IKIP
Veteran Semarang.
Karso, DKK, 2002, Pendidikan Matematika I, Jakarta, Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Depdikbud, 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.
Muchtar A Karim, 2003, Pendidikan Matematika II, jakarta, Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Rohib Syamsul Alam, 2007, Alat Peraga di Sekolah Dasar ( Diktat ) Semarang.
Lampiran Lampiran
1. Lembar Obervasi, Angket wawancara dengan siswa silahkan download pada link ini
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
Pertemuan Ke- : 1.2.3.4
Alokasi Waktu : 4x35 menit
Standar Kompetensi : 3. Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran,dan volume prisma segitiga
Kompetensi Dasar : 3.1 Menghitung luas dan keliling segi banyak
Indikator :
1. Mengenal hubungan antarsatuan luas km2 dan hm2 dan yang lainnya
2. Menghitung luas persegi dan persegi panjang
3. Menghitung luas belah ketupat dan jajargenjang
4. Menghitung luas segitiga, trapesium, layamg-layang dan lingkaran
5. Menentukan luas gabungan dua bangun datar yang berbeda ukurannya
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal hubungan antarsatuan luas km2, hm2 dan yang lainnya.
2. Siswa dapat menghitung luas persegi dan persegi panjang
3. Siswa dapat menghitung belah ketupat dan jajargenjang
4.Siswa dapat menghitung luas segitiga, trapesium, laying-layang dan lingkaran
5.Siswa dapat menentukan luas gabungan dua bangun datar atau lebih yang berbeda ukurannya
II. Materi Ajar
• Pengukuran luas
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1. Kegiatan Awal
• Guru mengajak siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu.
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
• Motivasi dan apersepsi dari guru.
2. Kegiatan Inti
• Guru mengajak siswa mengingat kembali hubungan antarsatuan luas.
•Guru memberi soal yang berkaitan dengan hubungan antar satuan luas.Kemudian guru bersama siswa mendiskusikan penyelesaiannya.
• Guru meminta siswa mengerjakan soal-soal yang relevan.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas.
• Selanjutnya, guru bersama siswa mendiskusikan contoh soal kedua
• Guru meminta siswa mengerjakan soal-soal tentang satuan luas.
• Guru memberi umpan balik.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas.
3. Kegiatan Akhir
• Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai hubungan antarsatuan
luas.
•Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya mengikuti proses belajar mengajar.
• Guru memberi tugas PR kepada siswa.
Pertemuan ke-2
1. Kegiatan Awal
• Guru mengajak siswa mengingat pembelajaran yang lalu.
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
• Motivasi dan apersepsi dari guru.
2. Kegiatan Inti
• Guru mengajak siswa berdiskusi menghitung luas dari model persegi, persegi panjang,belah ketupat, jajargenjang, segitiga, trapesium, layang-layang dan lingkaran dalam kelompok masing-masing
• Guru mengajak siswa membahas penghitungan luas dari model bangun datar
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
3. Kegiatan Akhir
• Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan tentang luas dari bangun datar
•Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya mengikuti proses belajar mengajar.
• Guru memberi tugas PR kepada siswa
Pertemuan ke-3
1. Kegiatan Awal
• Guru mengajak siswa mengingat pembelajaran yang lalu.
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
• Motivasi dan apersepsi dari guru.
2. Kegiatan Inti
• Guru mengajak siswa mendiskusikan tentang luas dari beberapa bangun datar
• Kemudian, siswa berkelompok mengerjakan tugas menghitung luas segi banyak dari beberapa bangun datar yang dihimpitkan
• Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
3. Kegiatan Akhir
•Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya mengikuti proses belajar mengajar.
Pertemuan ke-4
1. Kegiatan Awal
• Guru mengajak siswa mengingat pembelajaran yang lalu.
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
• Motivasi dan apersepsi dari guru.
2. Kegiatan Inti
• Pemantapan materi tentang luas segi banyak dengan berbagai bentuk soal.
• Mengerjakan soal evaluasi.
• Guru memberi umpan balik.
• Guru memberi kesempatan perbaikan dan pengayaan
3. Kegiatan Akhir
• Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan prestasi yang diperoleh selama mengikuti proses belajar mengajar.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
1. Alat/Bahan
• Model bangun datar
• Penggaris sentimeter
• Kalkulator
2. Sumber Belajar
• Buku Matematika Gemar Berhitung 6A halaman 43 – 55
VI. Penilaian
1. Tertulis : terlampir
2. Pengamatan
• Tingkah laku siswa, minat belajar, sikap, keaktifan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Lembar Kerja
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI/1
1. Hitunglah luas model bangun datar berikut dengan kelompokmu!