Contoh PTK Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PKn Melalui Model Bermain Peran (Role a Play) Di Kelas IV SD/MI
Contents [Show Up]
Penelitian ini dilakukan untuk mengefektifkan penggunaan model bermain peran dan tercipta iklim belajar yang kondusif dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai perubahan perilaku guru dalam proses pembelajaran untuk dapat mengembangkan suasana belajar, memelihara konsistensi tujuan pembelajaran , dan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Model pembelajaran bermain peran ini dipilih sebagai salah satu model yang dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), dengan dasar pemikiran bahwa model ini untuk mengantisipasi kejenuhan model ceramah. Model bermain peran dapat melatih kemampuan siswa memecahkan masalah-masalah social, dan kemungkinan dapat memberikan pemahaman siswa terhadap orang lain.
Sebelum penelitian dilakukan kondisi awal nilai hasil belajar siswa yang tuntas belajar sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 2 siswa dari sejumlah 17 siswa, atau 12%. Sesudah diadakan penelitian dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran bermain peran pada siklus 1 yang nilai hasil belajarnya tuntas mengalami kenaikan menjadi 10 siswa dari 17 siswa, atau 59%. Sedangkan pada siklus 2 yang nilai hasil belajarnya tuntas adalah 14 siswa, atau 82% dari 17 siswa.
Data yang diperoleh melalui penilaian yang terdiri dari observasi, sikap social, tes formatif. Selanjutnya data diolah dengan analisis data kuantitatif dengan mencari rerata dan prosentase. Sedangkan data kualitatif data yang disajikan dalam bentuk catatan dan lembar observasi.
Pembelajaran model bermain peran dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan tersebut adalah peningkatan prosentase siswa yang tuntas belajar setelah diterapkan model pendekatan bermain peran selama dua (2) siklus.
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten ............
2. Koordinator Wilayah Bidang pendidikan Kecamatan......Kabupaten........
3. Pengawas Sekolah Koordinator Wilayah Bidang pendidikan Kecamatan......Kabupaten........
4. Kepala Sekolah SD/MI,,,,,,,,, Koordinator Wilayah Bidang pendidikan Kecamatan......Kabupaten.......
5. Guru kelas IV SDN ....... sebagai kolaborator penelitian, dan guru-guru sebagai teman sejawat yang telah membantu penelitian.
6. Siswa siswi Kelas IV SDN ........ sebagai subyek penelitian
7. Keluarga atas motivasi dan dukungannya.
Dalam menyusun laporan penelitian (PTK), ini kami sudah berusaha dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Pedoman Penulisan PTK Program Studi S1 PGSD. Namun demikian, tentunya masih masih banyak kekurangan dalam penyusunan PTK ini, karena keterbatasan kemampuan kami. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan penelitian (PTK) ini.
………. 2019
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………….iSURAT PERNYATAAN………………………………………………………..ii
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………..iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….vi
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………….vii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………1
B. Identifiksi Masalah …………………………………………………... 4
C. Rumusan Masalah ………………………………………………… …5
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………..5
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori …………………………………………………………..7
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan …………………………… ..10
C. Kerangka Berpikir …………………………………………………..10
D. Hipotesis Tindakan ……………………………………………….....12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting dan Karakteristik Subyek penelitian ………………………..13
B. Variabel yang diselidiki ………………………………………… ..13
C. Prosedur Penelitian ………………………………………………. ..14
D. Data dan cara Pengumpulan Data …………………………………..16
E. Indikator Kinerja ……………………………………………….. .16
F. Analisis/Interprestasi Data Penelitian …………………………… .17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Tindakan ………………………………………………18
B. Hasil Analisis Data ………………………………………………..39
C. Pembahasan …………………………………………………………42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………44
B. Saran ………………………………………………………………..45
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..46
LAMPIARAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus 1
Lampiran 2 : Tabel Observasi
Lampiran 3 : Rekap Penilaian Bermain Peran siklus 1
Lampiran 4 : Soal Ulangan siklus 1
Lampiran 5 : Kunci Jawaban
Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus 2
Lampiran 7 : Tabel lembar Observasi siklus 2
Lampiran 8 : Rekap Penilaian Bermain Peran siklus 2
Lampiran 9 : Soal Ulangan siklus 2
Lampiran 10 : Daftar Nilai sikap dan formatif
Lampiran 11 : Daftar Nilai Formatif
Lampiran 12 : Silabus mata pelajaran PKn
Lampiran 13 : Program semester mata pelajaran PKn
Lampiran 14 : Hasil Ulangan siswa siklus 1
Lampiran 15 : Hasil Ulangan siswa siklus 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada jenjang Sekolah Dasar saat ini, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) cenderung pola pembelajaran bersifat guru sentris. Kecenderungan pembelajaran yang bersifat guru sentris, mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran, sehingga prestasi belajar siswa yang dicapai tidak optimal. Apalagi kesan menonjol bersifat verbalisme dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas masih terlalu kuat. Hasil penelitian Rofi’uddin (1990) tentang interaksi kelas menunjukan bahwa 95% interaksi masih dikuasai guru. Pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam interaksi kelas, masih berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kategori kognisi rendah.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang punya peran dan fungsi yang sangat strategis yakni mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat, konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang pendidikan dasar dan menengah termasuk didalamnya SD/MI semenjak berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang kurikulum ini disusun dan dikembangkan oleh satuan pendidikan (BSNP, 2006), dan kurikulum ini berdasarkan standar isi (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006). Dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ditulis oleh Ribut Wahyu Eriyanti (diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), bahwa mulai berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Tujuan dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD adalah membentuk warga negara yang baik, warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadikan siswa mampu perfikir kritis, mau berpartisipasi dalam segala bidang dan berkembang secara positif yang demokratis (Mulyasa, 2007) dalam berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian, akhirnya siswa diharapkan dapat menjadi penerus bangsa yang terampil dan cerdas, dengan berkepribadian yang kuat, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern. Sejalan dengan tatanan pemerintah Indonesia di era reformasi ini, aspek pendidikan nilai, moral, dan norma, menjadikan konsep pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD selayaknya menjadikan ciri khusus dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), termasuk untuk jenjang pendidikan berikutnya. Konsep pendidikan nilai, moral dan norma dalam setiap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), perlu ditanamkan sedini mungkin kepada setiap siswa. Dengan melalui model pembelajaran bermain peran diharapkan dapat mempengaruhi siswa, agar menemukan nilai-nilai kepribadian maupun sosial dari bangsa ini.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD yang masih berupa konsep-konsep, adalah proses berpikir manusia dari berpikir konkret ke abstrak. Sementara itu, anak usia Sekolah Dasar termasuk dalam tahap perkembangan berpikir konkret (Jean Piaget), untuk itu dalam melaksanakan pembelajaran perlu dipikirkan tingkat perkembangan dan tingkat intelektual siswa. Jean Piaget berpendapat bahwa proses belajar terdiri dari 3 tahap yakni asimilasi, akomodasi, dan penyeimbangan (Sukmaningadji S, 2006). Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sedapat mungkin diusahakan muncul asimilasi dan akomodasi kognitif.
Mata pelajaran Pendidikan Kewaraganegaraan (PKn) kurang menarik pada waktu proses pembelajaran berlangsung, apalagi cenderung metode ceramah mendominasi dalam proses dan tidak ada alat peraganya. Oleh sebab itu mengakibatkan pembelajaran kurang menarik sehingga siswa kurang begairah, merasa bosan pada waktu menerima materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal semacam itu terjadi dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas IV SD Negeri ............, Kecamatan ............, Kabupaten .............
Supaya tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan, menuntut berpikir bagaimana pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) perlu dilakukan melalui suatu pendekatan sosial yang artinya melibatkan banyak peran yang harus dilakukan dalam suatu adegan, supaya ada hubungan individu dengan individu lain. Siswa dapat terlibat secara demokratis dan bekerja secara produktif. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu dilakukan pendekatan dengan suatu model yang dalam proses pembelajarannya dapat meningkatkan keaktifan belajar yang berdampak meningkatnya prestasi siswa.
Penulis akan menggunakan suatu pendekatan model pembelajaran yang disebut bermain peran.
Model pembelajaran bermain peran dapat membantu siswa menemukan jati dirinya dan dapat memecahkan masalahnya dengan melalui bantuan kelompoknya. Dengan bermain peran, siswa dapat menyadari adanya perbedaan perilaku pada dirinya dengan perilaku orang lain. Model ini dikembangkan oleh George Shaffel (Ruminiati, 2007). Secara insplisif dengan model pembelajaran bermain peran dapat memperdalam materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Dengan model pembelajaran bermain peran, dapat mengembangkan inpirasi dan pemahamannya terhadap materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam jangka panjang.
Kecenderungan kualitas hasil belajar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagaimana diungkapkan dalam pernyataan di atas, menurut penulis mengisyaratkan, agar guru dapat mengembangkan kemampuan yang mengarah kepada peningkatan mutu proses pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dikembangkan adalah bermain peran (Zuhaerini, 1983). Model ini digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD Negeri ............, Kecamatan ............, Kabupaten ............. Penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan model bermain peran.
B. Identifikasi Masalah
Penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas IV SD Negeri ............. Akan tetapi pada pembelajaran sebelumnya (pra siklus) menunjukan keaktifan belajar siswa rendah dengan tingkat penguasaan materi yang telah diajarkan tidak mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yakni 70 untuk kompetensi dasar (KD) ”Mengenal lembaga-lembaga susunan dan sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi”. Selama proses pembelajaran jarang ada siswa yang berani mengajukan pertanyaan maupun memberi tanggapan terhadap penjelasan yang diajukan guru.Terkadang siswa hanya diam saja dan asyik menulis.
Berdasarkan dari hal tersebut diatas penulis berkolaborasi dengan teman sejawat sebagai pengamat (observer), untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Lalu diadakan diskusi, terungkap permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran yaitu: (a) rendahnya tingkat penguasaan materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), (b) rendahnya minat membaca siswa, (c) rendahnya siswa yang mengajukan pertanyaan maupun tanggapan terhadap materi yang diberikan, (d) siswa kurang semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru ( Ristasa, R. & Prayitno, 2006;38 ).
C. Rumusan Masalah
Mengacu permasalahan latar belakang dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), penulis ingin mengkaji melalui penelitian tindakan kelas (PTK), berupa :
1. Apakah penerapan model bermain peran dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, kelas IV SDN ........... tahun pelajaran 2018/2019.?
2. Apakah penerapan model bermain peran dapat meningkatan hasil prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) siswa kelas IV semester 1 SDN ........... tahun pelajaran 2018/2019.?
Penulis menyajikan materi yang sesuai dengan pembelajaran bermain peran yaitu KD tentang mengenal lembaga-lembaga dan susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, tujuan dari penelitian tindakan kelas (PTK) melalui model bermain peran adalah
1. Mengembangkan kemampuan analogi yang benar tentang situasi permasalahan
2. Memotivasi keberanian berinteraksi dengan orang lain
3. Membangkitkan keaktifan siswa selama pembelajaran
4. Memberi semangat untuk terlibat proses pembelajaran
5. Mendorong untuk selalu memacu prestasi belajar
6. Memberikan pengalaman menarik dikemudian hari
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dan kontribusi bagi guru, siswa, sekolah, maupun orang tua siswa.
1. Bagi guru, sebagai masukan tentang pentingnya berbagai model
pembelajaran dengan metode yang variasi untuk memperbaiki kinerja secara profesional dan dapat meningkatkan rasa percaya diri yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dibuktikan dengan meningkatnya prestasi hasil belajar siswa. Melalui penelitian ini akan mengetahui bagaiman upaya untuk meningkatkan keaktifan belajar siwa melalui model pembelajaran bermain peran dan dapat termotivasi dan tertarik terhadap materi pelajaran yang disajikan di kelas. Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai model-model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kuantitas proses pembelajaran dan kualitas hasil dari pembelajaran tersebut.
2. Bagi siswa, dari hasil penelitian ini dapat merangsang siswa untuk mau belaja lebih aktif, kreatif, berinisiatif, mandiri dan bertanggung jawab serta mau memperkaya pengalamannya, dalam rangka meningkatkan kemauan dan kemampuan menguasai materi yang dipelajari dan sekaligus dapat meningkatkan prestasi hasil belajar dengan melalui model pembelajaran bermain peran.
3. Bagi sekolah, melalui hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperkaya wawasan dalam rangka meningkatkan kemampuan ketrampilan mengajar bagi setiap guru. Memberi sumbangan dalam rangka perbaikan dan inovasi pembelajaran.
4. Bagi orang tua, melalui penelitian akan membantu orang tua dalam mendamping anak-anaknya untuk rajin belajar.
Dengan melalui model pembelajaran bermain peran banyak manfaat yang bisa didapat yaitu sebagai sarana menggali perasaan siswa, mengembangkan ketrampilan siswa dalam memecakan masalah, untuk mendalami isi materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dimasa mendatang sebagai bekal terjun di masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian TeoriBermain peran adalah suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur penjiwaan peran orang lain, sehingga siswa menyadari bahwa ada perbedaan yang terdapat di luar dirinya baik itu di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat, dalam memecahkan masalah dengan bantuan kelompok. Proses bermain peran dapat memberi contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa menggali perasaan, memperoleh inspirasi atau pemahaman yang dapat berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsi dalam mengembangkan ketrampilan, memecahkan masalah, dan mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Dengan bermain peran, siswa dapat menyadari adanya perbedaan perilaku dirinya dengan perilaku orang lain. Model ini dikembangkan oleh George Shaffel (Ruminiati, 2007”Pengembangan PKn SD”). Dengan model pembelajaran bermain peran, dapat mengembangkan inspirasi dan pemahamannya dalam jangka panjang.
Bermain peran adalah salah satu model pembelajaran yang perlu dijadikan pengalaman belajar siswa, terutama dalam konteks pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal tersebut terjadi karena bermain peran, memiliki makna kontekstual dalam memberikan pelakonan pada siswa, yang menjadi peran itu. Model peran bertujuan pembentukan perilaku hasil belajar yang diharapkan. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bermuara pada tujuan pembentukan sikap, dan nilai pribadi sebagai anggota masyarakat dan warganegara dalam aktualisasinya. Upaya seperti guru atau sekolah untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih aktual, kontektual dikemukakan oleh George Shaffel (Djahiri,1978 ).
Dalam model bermain peran, siswa dapat berperan sebagai tokoh dan berperilaku seperti tokoh itu sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian rupa sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian ini dilakukan oleh siswa, terutama pada semua siswa dapat masuk di dalamnya.
Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya. Kegiatan inilah yang disebut pembelajaran dengan model bermain peran.
Melalui bermain peran siswa mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama siswa dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dalam berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu model pembelajaran bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu siswa menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui model ini para siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi siswa.
Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Dawson (1962) yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati (1992) mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. Menurut Ali (1996) mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan siswa. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Dengan melalui pendekatan pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Dari keaktifan belajar siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK), mengenai penerapan model belajar bermain peran dilihat dari aktivitas guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat membentuk pribadi siswa yang cerdas, terampil, dan berkepribadian yang kuat (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegeraan (PKn) diharapkan dan mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen dan konsisten yang kuat dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam silabus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dijabarkan dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang menjadi arah pengembangan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian yang berdasarkan standar isi.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkepribadian yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Departemen Pendidikan Nasional, 2006 ).
B. Kajian Hasil Penelitian yang relevan
Model pembelajaran bermain peran dapat menciptakan, mendorong siswa dalam mengekspresikan perasaan secara psikologis melibatkan sikap, dan nilai keyakinan serta mengarah kepada keterlibatan spontan (model ini dipelopori oleh George Shaftel). Pembelajaran bermain peran dapat mengembangkan perilaku nilai-nilai sosial. Tujuan bermain peran dalam setiap pembelajaran dapat membantu siswa menemukan jati dirinya dalam nilai-nilai sosial.
Berdasarkan pendapat para ahli penulis beramsumsi, bahwa pembelajaran bermain peran dapat membantu keaktifan siswa, dalam rangka meningkatkan prestasi hasil belajar. Proses pembelajaran bermain peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan kompetensi dasar (KD) “Mengenal lembaga-lembaga dan susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi. Dengan harapan siswa memiliki kompetensi untuk menguasai sejumlah materi yang relevan dengan pendekatan pembelajaran bermain peran.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh keaktifan hasil belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental yang bermuara kepada perubahan sikap dan tingkah laku. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa dapat mengemukakan gagasan/pendapat tanpa rasa takut dalam kelas maupun dalam setiap mengerjakan tugas. Keadaan ini diharapkan dapat memacu meningkatkan prestasi belajar.
2. Pengaruh guru terhadap prestasi siswa
Guru adalah sebagai penggerak dalam kegiatan pembelajaran, yang harus merencanakan dan melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran di di kelas. Maka aktifitas guru dalam menyajikan materi pelajaran, membahas hasil pekerjaan siswa, dibutuhkan ketrampilan dalam memilih pendekatan yang dapat diharapkan, kemudian prestasi siswa meningkat/mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan.
Dari kajian hasil penelitian tentang hasil upaya meningkatkan kektifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui model bermain peran sesuai karakteristik dan perkembangan kognitif siswa. sesuai kopetensi dasar (KD) ”mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan propinsi”. Untuk memberikan penjelasan dalam kerangkan berpikir dapat digambarkan dalam skema berikut ini;
D. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk berbagai pendapat para ahli, berdasarkan kerangka teoritik diatas disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penulis menggunakan model pembelajaran bermain peran yang diajukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK), dapat membangkitkan keaktifan belajar yang berdampak terhadap peningkatan hasil prestasi belajar siswa.
2. Penulis menggunakan model pembelajaran bermain peran yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan kognitif siswa sekolah dasar (operasional konkret).
3. Penulis dalam penelitian menggunakan model bermain peran dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat menumbuhkan kemauan dan kemampuan berimajinasi.
4. Penulis dalam penelitian menggunakan model pembelajaran bermain peran dapat menanamkan nilai-nilai sosial.
5. Penulis mengimplementasikan model bermain peran dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas IV semester 1 SD Negeri .............. semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.
6. Penulis dalam menggunakan topik pembahasan mata pelajaran PKn dengan model bermain peran yang relevan dengan kompetensi dasar (KD), yakni; mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 di SD Negeri .............. Kecamatan ............ Kabupaten ............. Siklus ke 1 dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2019 sampai dengan 3 Nopember 2019 (2 x pertemuan), dan siklus ke 2 dilaksakan pada tanggal 11 Nopember 2019 (1 x pertemuan) pada pembelajaran PKn dengan kompetensi dasar (KD)”Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan Kabupaten/Kota, dan Propinsi.” Penelitian berkolaborasi dengan teman sejawat(guru kelas), dan waktu penelitian disesuai dengan jadwal pelajaran yang ada tetapi tidak mengganggu proses pembelajaran untuk mata pelajaran lainnya.
Keadaan siswa kelas IV SD Negeri .............. sejumlah 17 anak, terdiri dari 10 laki-laki dan 7 perempuan. Mengingat kondisi status ekonomi orang tua siswa sebagian besar kurang mampu, karena mereka bekerja sebagai buruh pabrik genteng. Namun pada dasarnya mereka peduli terhadap pendidikan putra-putrinya. Sehingga siswa dituntut untuk mampu belajar mandiri di rumah. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dimana keaktifan belajar siswa dan hasil belajarnya berpengaruh pada prestasi. Sehingga perlu pengelolaan pembelajaran menggunakan pendekatan yang relevan, sesuai dengan karakteristik anak usia SD.
B. Variabel yang diselidiki
Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu pertama, variabel dependen/tergantung atau sebagai ”Y” yang berhubungan dengan peningkatan prestasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn, perlu didukung bahan pelajaran, sumber belajar, dan prosedur evaluasi. Sedangkan variabel yang kedua independen/bebas atau sebagai ”X” yang berkenaan dengan pembelajaran bermain peran. Bermain peran adalah salah satu model pembelajaran yang perlu dijadikan pengalaman belajar siswa, terutama dalam konteks pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal tersebut terjadi bahwa bermain peran, memiliki makna kontekstual dalam memberikan pelakonan pada siswa, yang menjadi peran itu. Model peran bertujuan pembentukan perilaku hasil belajar yang diharapkan.
C. Prosedur Penelitian
1. Kondisi Studi Awal yang meliputi :
Peneliti mengadakan kegiatan belajar mengajar pada awalnya belum menggunakan pendekatan model pembelajaran bermain peran yang berlangsung 2 kali pertemuan. Pada pertemuan terakhir diadakan ulangan formatif.
2. Siklus ke-1 meliputi :
a. Perencanaan (Planning)
Yang meliputi: (i) menyusun promes dan silabus, (ii) menyusun RPP model bermain peran, (iii) membuat LKS, dengan pembelajaran model bermain peran, (iv) menyiapkan media pembelajaran, (v) menyusun soal ulangan harian, (vi) menyiapkan instrumen observasi.
b. Tindakan (Acting)
Yang meliputi langkah-langkah (i) membuat kelompok belajar yang terdiri 4 siswa, (ii) melaksanakan proses pembelajaran dengan model bermain peran, (iii) mengerjakan ulangan harian.
c. Pengamatan (Observing)
Observasi pelaksanaan dilakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat menggunakan alat-alat monitoring berupa intrumen yang telah direncanakan. Pada akhir siklus-1 guru mengadakan kuiz dengan siswa. Validasi hasil dilakukan dengan siswa dan teman sejawat.
d. Refleksi (Reflecting)
Yang meliputi menganalisa data kuantitatif dari hasil observasi dengan instrumen yang telah ada. Hasil analisa digunakan untuk melihat hasil tindakan baik kelebihan maupun kekurangannya untuk menetukan tindak lanjut siklus berikutnya. Refleksi dilakukan dengan menggunakan analisis deskripsi komperatif yaitu dengan membandingkan hasil observasi kondisi awal dengan hasil observasi pada siklus-1.
3. Siklus ke-2 meliputi :
a. Perencanaan Ulang (Replanning)
Yang meliputi:(i) identifikasi permasalahan siklus-1 dan rencana perbaikan, (ii) menyusun RPP, LKS pembelajaran model bermain peran (iii) identifikasi masalah untuk diskusi dilaksanakan sama dengan siklus-1, namun perlu upaya yang lebih meningkatkan aktivitas siswa dan menggali masalah dengan diri siswa maupun guru,
(iv) menyusun ulangan.
b. Tindakan (Acting)
Proses pembelajaran siklus-2 sama dengan siklus-1 dan merupakan perbaikan dari siklus-1 dan semua kekurangan-kekurangan yang muncul selama pelaksanaan tindakan siklus-1 diperbaiki pada siklus-2 ini. Perbaikan ini ditujukan untuk menumbuhkan aktivitas siswa dalam belajar, pada awal siklus-2 siswa masih perlu dijelaskan tentang pembelajaran bermain peran.
c. Pengumpulan data (obsevasing)
Pada tahap ini sama dengan siklus-1 data yang dipandang penting seperti data kemajuan hasil belajar dan data aktivitas belajar yang dipantau lewat lembar observasi kelas dan, guru memeriksa hasil catatan siswa, hasil pengamatan siswa dan hasil pekerjaan siswa.
d. Refleksi (Reflecting)
Refleksi pada siklus-2 ini difokuskan pada pengalaman yang diperoleh
dari siklus-1, menilai kembali sasaran perbaikan yang ditetapkan. Refleksi dilakukan dengan menggunakan analisis deskripsi komperatif
yaitu dengan membandingkan hasil observasi siklus1 dengan hasil observasi pada siklus-2.
D. Data dan cara Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data hasil observasi dan hasil tes siswa. Hasil observasi digunakan untuk mengukur keberhasil penerapan pembelajaran dnegan pendekatan bermain peran. Hasil tes siswa digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswwa setelah dilaksanankan tindakan.
Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan lembar observasi untuk guru dan siswa serta sosal tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Hasil observasi guru ......diceritakan....
Sumber data lain dari guru sebagai teman sejawat.Teman sejawat ini bertugas sebagai sebagai pengamat dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada tiap siklus. Hasil kolaborasi dalam pengamatan pembelajaran merupakan sumber data yang sangat diperlukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK). Cara pengumpulan data seperti catatan dokumen, observasi. Sedangkan Alat pengumpulan (instrumen) yang berupa seperangkat tes, instrumen ini digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.
E. Indikator Kinerja
o Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa, akan berdampak terhadap nilai prestasi, yakni ketuntasan dalam mempelajari materi. Dengan kriteria ketuntasan belajar siswa, jika telah mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas. Keterlibatan siswa secara aktif.dalam proses pembelajaran dan aktif dalam mencari dan menemukan informasi, aktif belajar dan bekerja dalam kelompok.
o Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui tahapan-tahapan, dari tahapan tersebut adalah perencanaan melakukan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi akan digunakan kembali merevisi rencana tindakan jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah.
F. Analisis/Interprestasi Data Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan selama penelitian terdiri atas perangkat pembelajaran, naskah soal pretes, naskah soal tes, pedoman observasi. Perangkat pembelajaran meliputi rencana pembelajaran, lembar tugas kelompok maupun lembar tugas individu, lembar observasi penilaian sikap social setiap individu. Perangkat naskah soal pretes adalah pertanyaan penjajagan yang digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan materi pokok yang akan menjadi pembahasan selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), perangkat evaluasi topik yang telah diberikan guna menjajagi kemampuan dalam memahami materi yang telah dipelajari. Pedoman obervasi digunakan untuk memperoleh informasi aktifitas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Tindakan
1. Deskripsi kondisi awal (Pra Siklus)
Pada kondisi awal, peneliti mengajar belum menggunakan pendekatan model bermain peran, dan cara penyampaian masih menggunakan metode ceramah bervariasi. Dalam hal ini peneliti belum melakukan pembelajaran dengan model bermain peran. Dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan, siswa belum menunjukan keaktifan selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) cenderung pasif, sedangkan hasil belajarnya belum terlihat prestasi yang membanggakan. dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang diharapkan.
Penulis melakukan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas IV SD Negeri .............., dengan kompetensi dasar (KD) ”Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi” Siswa yang dinyatakan berhasil atau tuntas belajarnya, jika nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) pada kompetensi dasar (KD) tersebut. Kriteria ketuntasan minimum yang ditentukan adalah 70. Selama pembelajaran pra siklus bagi siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) termasuk kategori belum tuntas belajarnya. Setelah penjelasan materi pelajaran, siswa belum memiliki keberanian mengemukakan pendapat dan juga belum memiliki sikap sosial. Ternyata diskusi kelompok belum menunjukan keaktifan belajar, karena siswa tidak rajin membaca materi yang ada di buku Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas IV yang tersedia. Dalam diskusi kelompok tidak semua siswa membaca buku mata pelajaran PKn. Pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti mengadakan penilaian sikap sosial, dan aspek penilaian kognitif yang berupa tes formatif. Setelah diadakan penilaian pra siklus terlihat prestasi pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Hasil penilaian belajar pada Pra-Siklus
No. Nama Siswa Penilaian Nilai Akhir Ketercapaian
Sikap sosial Formatif
1 Erlin Fiani 68 56 60 BT
2 Khasiful Anwar 52 60 57 BT
3 Catur Akbar N. 72 56 61 BT
4 Liyan Guswanti 52 60 57 BT
5 Tuti Khunaefa 72 50 57 BT
6 Amad Barokah 64 63 63 BT
7 Arti alam Pertiwi 72 60 64 BT
8 Dwi Aida Arisanti 68 70 69 BT
9 Hikmah Wahidatn 72 56 61 BT
10 Lia Agustin 64 56 59 BT
11 Irwanto 52 50 51 BT
12 M. Khasan Husen 64 53 57 BT
13 M. Alan Saputra 72 63 66 BT
14 Rahmat Nurngajis 72 53 59 BT
15 Siti Alfiatun 72 63 66 BT
16 Zikah Tanaya 76 70 72 T
17 Abiyoga Bagus M. 72 70 71 T
Jumlah 1050 BT: 15
Rata-rata 60 T : 2
tertinggi 72
Terendah 51
Median 61
Modus 57
Standar Deviasi 5.7
Nilai < 70 ( Belum Tuntas ) 15
Nilai ≥70(Tuntas) 2
Dari tabel penilaian hasil belajar pada pra siklus (kondisi awal) yang terdiri dari penilaian sikap, dan tes formatif), ternyata hanya 2 siswa atau 12%, yang dikategorika mampu atau tuntas belajar dalam mengikuti materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan kompetensi dasar (KD) “Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi”, sedangkan yang belum tuntas belajar ada 15 siswa. Menyadari kondisi awal (pra siklus) hasil penilaian belajar siswa belum mencapai ketuntasan. Karena prestasi siswa masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka peneliti melakukan upaya perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK).
2. Deskripsi Siklus 1
Dari hasil penilaian hasil belajar pada kondisi awal (pra siklus), ternyata ada 15 siswa yang belum mampu atau tuntas. Peneliti mengadakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus 1. Untuk menganalisis hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga susunan susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi” siswa kelas IV SD Negeri .............., Kecamatan ............, Kabupaten ............, peneliti berkolaborasi dengan guru sebagai teman sejawat, adapun deskripsi hasil siklus 1 adalah sebagai berikut :
1) Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam bentuk rencana perbaikan pembelajaran yang disertai alat pengumpul data yaitu lembar observasi. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan kompetensi dasar (KD) “Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi ”Pembelajaran PKn siklus1 dilakukan dua kegiatan bermain peran, kegiatan bermain peran yang pertama adalah pemilihan bupati dan wakil bupati, sedangkan kegiatan yang kedua pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
Tujuan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan kompetensi dasar (KD) “Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan system pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi”, dengan bermain peran diharapkan siswa:
a. Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa mencapai standar ketuntasan.
c. Dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan.
d. Dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan hasil yang lebih baik.
e. Dapat menciptakan keberanian mengungkapan pendapat dengan baik dan lancar.
Pada awal pertemuan siklus 1, peneliti memberikan penjelasan tentang sistem pemerintahan kabupaten ataupun kota. Setelah memberi penjelasan dilakukan bermain peran pemilihan bupati dan wakil bupati. Sedangkan pertemuan kedua dilakukan bermain peran pemilihan gubernur dan wakil guberur.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dengan tahapan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga-lembaga sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi.
Langkah-langkah bermain peran pemilihan bupati dan wakil bupati sebagai berikut :
a) Guru memberi penjelasan tentang susunan pemerintahan kabupaten atau kota.
b) Setelah selesai memberi penjelasan guru memilih peran tata cara pemilihan bupati dan wakil bupati.
c) Guru memberi penjelasan permasalahan yang akan menjadi bahan bermain peran,
i. Guru memberikan penjelasan permasalahan yang akan menjadi bahan bermain peran.
ii. Memilih partisipan, guru dan siswa menjelaskan karakter seorang tokoh.
iii. Menata ruangan untuk tempat bermain peran
iv. Anak yang tidak main jadi penonton sambil mengamati temannya
v. Permainan dimulai tentang pelaksanaan model bermain peran
vi. Permainan bermain peran bisa diulangi bilamana belum jelas
vii. Waktu jalannya bermain peran, guru memberikan masukan supaya lebih menjiwai, ekspresif dan runtut.
d) Memotivasi kelompok,
e) Memberi penjelasan tentang tata cara bermain peran
f) Memilih peran, dan menyiapkan pengamat
g) Menyiapkan tahapan peran
h) Pemeranan
i) Diskusi dan evaluasi
j) Membagi pengalaman dan menarik kesimpulan
k) Untuk siswa yang belum mendapatkan bagian giliran bermain peran menjadi pemilih.
l) Yang sudah mendapatkan giliran menjadi penonton.
m) Setelah selesai penghitungan suara, guru berdialog dan memberi penguatan tentang hasil bermain peran.
n) Guru membagi kelompok diskusi antara 6 – 8 siswa setiap kelompok.
o) Guru memberi penegasan bahwa pilkada bupati dan wakil bupati merupakan salah satu perwujudan demokrasi sistem pemerintahan kabupaten/kota. Setelah bupati dan wakil bupati terpilih dilanjutkan pengangkatan perangkat pemerintah daerah.
p) Guru mengakhiri permainan dengan menyanyikan lagu pemilihan umum.
q) Guru memberi pertanyaan lisan tentang pemerintahan kabupaten .............
r) Guru memberi tugas rumah untuk mencari keterangan melalui orang tua, pamong desa, atau alumni SDN 2 Kedawung tentang lembaga-lembaga sistem pemerintahan yang ada di kabupaten .............
s) Selanjutnya memberi tugas portofolio tentang pejabat dan nama pejabat.
t) Mencari informasi nama-nama pejabat di pemerintahan kabupaten ............ yang saat ini menjabat.
u) Contoh kolom tugas :
No. Jabatan Nama Pejabat
1 Bupati
2 Wakil Bupati
3 Ketua DPRD II
4 Sekretaris Daerah
5 Kepala Dikpora
6 Kapolres
7 Komandan Kodim
8 Kepala Kejaksaan Negeri
9 Kepala Pengadilan Negeri
10 Ketua KPUD
Prosedur pelaksanaan pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
a) Guru menanyakan tugas rumah minggu lalu untuk dilaporkan hasil pencariannya tentang lembaga-lembaga yang ada di kabupaten ............ dilanjutkan tugas dan fungsinya. dilanjutkan pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
b) Guru memberi penjelasan tentang sistem pemerintahan provinsi.
c) Setelah selesai memberi penjelasan, guru memilih peran cara pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
d) Guru memberikan penjelasan tentang tata cara bermain peran
i. Guru memberi penjelasan permasalahan yang akan menjadi bahan bermain peran, bersikap jujur.
ii. Memilih partisipan,guru dan siswa menjelaskan karakter
iii. Menata ruang tempat untuk bermain peran.
iv. Anak yang tidak main jadi penonton sambil mengamati temannya.
v. Permainan dimulai tentang pelaksanaan bermain peran
vi. Permainan bisa diulangi bilamana belum jelas.
vii. Waktu jalannya bermain peran, guru memberikan masukan supaya lebih menjiwai.
e) Guru memilih siswa yang akan bermain peran.
f) Untuk yang sudah mendapatkan giliran bermain peran giliran berikutnya menjadi pemilih.
g) Guru memilih/menunjuk bagi yang belum bermain peran dalam pertemuan kedua
h) Setelah selesai penghitungan suara, guru berdialog dan memberi penguatan tentang hasil bermain peran hari ini yang sudah lebih baik dari perteuan minggu lalu.
i) Guru memberi penegasan bahwa pilkada gubernur dan wakil gubernur merupakan salah satu perwujudan sistem pemerintahan provinsi. Setelah gubernur dan wakil gubernur terpilih dilanjutkan pengangkatan perangkat pemerintah daerah.
j) Guru mengakhiri permainan dengan menyanyikan lagu pemilihan umum.
k) Guru memberi pertanyaan lisan tentang pemerintahan provinsi.
l) Siswa diskusi kelompok untuk membahas lembaga-lembaga pemerintahan provinsi Jawa Tengah.
m) Selanjutnya memberi tugas fortofolio tentang profil provinsi Jawa Tengan,
n) Profil Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
1 Ibu Kota provinsi
2 Batas Wilayah a) Utara
b) Selatan
c) Barat
d) Timur
3 Hasil Ekonomi
a.hasil pertanian
b.hasil tambang
c.hasil industri
6 Rumah adat
7 Lagu daerah
8 Makanan khas
9 Senjata tradisional
10 Jumlah Kabupaten/kota
11 Nama gubernur sekarang
Dalam pelaksanaan tindakan mempunyai tahapan kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, dengan langkah sebagai berikuat :
a. Kegiatan awal, meliputi menyiapkan peralatan bermain peran, menyampaikan salam, mengabsen, memotivasi siswa agar belajar tekun dan tertib, apersepsi melalui tanya jawab cerita guru tentang pemilihan kepala daerah dan wakil daerah di kabupaten ............ yang akan datang tahun 2010.
b. Kegiatan inti, secara garis besar menjelaskan tugas dan funsi lembaga-lembaga pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, Setelah penjelasan dilanjutkan bermain peran. Bermain peran dilakukan 2 kali, yang pertama bermain peran pemilihan bupati dan wakil bupati. Permainan pemilihan bupati dan wakil bupati diperankan sekitar 6 – 8 anak. Peneliti dalam melakukan permainan ini dibantu observer, yaitu membantu mengamati dan membimbing siswa yang sedang bermain peran. Siswa yang tidak bermain peran menjadi pemilih. Setelah selesai bermain peran dilanjutkan diskusi kelompok untuk membahas lembaga-lembaga pemerintahan kabupaten/kota dan provinsi. Selesai diskusi kelompok, peneliti menunjuk perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian, sedangkan bagi kelompok yang belum atau yang sudah tampil untuk memberikan tanggapan. Disini peneliti sebagai moderator. Selesai diskusi kelompok, menyimpulkan hasil pembahasan diskusi kelompok. Siswa mencatat kesimpulan dalam buku catatan.
c. Kegiatan akhir, pada kegiatan akhir diadakan umpan balik dengan menanyakan kembali materi yang telah diberikan melalui model bermain peran dan melalui diskusi kelompok. Untuk menjajagi sampai dimana pemahaman siswa tentang lembaga-lembaga pemerintahan provinsi.
3) Hasil Tindakan
Observasi dilakukan oleh teman sejawat pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi Siswa kelas IV SD Negeri .............., Kecamatan ............, Kabupaten ............ pada siklus 1.
Evaluasi hasil belajar siswa pada siklus 1, meliputi penilaian saat bermain peran pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berupa sikap sosial, sedangkan penilaian terakhir untuk mengukur aspek kognitif adalah berupa tes formatif.
Agar ada keseimbangan antara pengamatan yang dilakukan observer dengan peneliti, mendiskusikan hasil observasi dan hasil penilaian evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan materi pokok lembaga-lembaga sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi. Hasil penilaian dan hasil proses pembelajaran adalah, sebagai berikut:
Tabel 2 :
Hasil penilaian belajar pada siklus 1
No. Nama Siswa Jenis Penilaian Jumlah NA/3 Keterca
paian
A B A+2B
1 Erlin Fiani 55 71 197 66 BT
2 Khasiful Anwar 44 68 180 60 BT
3 Catur Akbar N. 55 65 185 62 BT
4 Liyan Guswanti 67 77 221 74 T
5 Tuti Khunaefa 44 62 168 56 BT
6 Amad Barokah 67 74 212 71 T
7 Arti alam Pertiwi 67 77 221 74 T
8 Dwi Aida Arisanti 67 74 215 72 T
9 Hikmah Wahidatun 67 77 221 74 T
10 Lia Agustin 67 68 203 68 BT
11 Irwanto 44 62 168 56 BT
12 M. Khasan Husen 67 65 197 66 BT
13 M. Alan Saputra 67 74 215 71 T
14 Rahmat Nurngajis 67 74 215 72 T
15 Siti Alfiatun 67 74 215 72 T
16 Zikah Tanaya 67 82 231 77 T
17 Abiyoga Bagus M. 67 82 231 77 T
Perbandingan penilaian hasil belajar pada pra siklus (kondisi awal) dengan penilaian hasil belajar siklus 1, hasil penilaian pada pra siklus mencapai ketuntasan belajar, sebesar 12% atau 2 siswa, sedangkan hasil penilaian siklus-1 ketuntasan belajar 59% atau 10 siswa, jadi mengalami kenaikan sebesar 47% atau 8 siswa, adapun pencapaian hasil belajar tiap anak disajikan pada tabel 3 dibawah ini, sebagai berikut:
Tabel 3 Perbandingan
Penilaian hasil belajar pra siklus dengan siklus 1
No Nama Siswa Hasil Penilaian Keterca
paian Keterangan
Pra Siklus Siklus-1
1 Erlin Fiani 60 66 BT Meningkat
2 Khasiful Anwar 57 60 BT Meningkat
3 Catur Akbar N. 61 62 BT Meningkat
4 Liyan Guswanti 57 74 T Meningkat
5 Tuti Khunaefa 57 56 BT Meningkat
6 Amad Barokah 63 71 T Meningkat
7 Arti alam Pertiwi 64 74 T Meningkat
8 Dwi Aida Arisanti 69 72 T Meningkat
9 Hikmah Wahidatn 61 74 T Meningkat
10 Lia Agustin 59 68 BT Meningkat
11 Irwanto 51 56 BT Meningkat
12 M. Khasan Husen 57 66 BT Meningkat
13 M. Allan Saputra 66 71 T Meningkat
14 Rahmat Nurngajis 59 72 T Meningkat
15 Siti Alfiatun 66 72 T Meningkat
16 Zikah Tanaya 72 77 T Meningkat
17 Abiyoga Bagus M. 71 77 T Meningkat
Dari data yang disajikan tampak ada peningkatan hasil belajar siswa pada siklus-1 dibandingkan dengan pada pra siklus. Indikator kemajuan itu dapat dilihat dari tabel diatas, antara lain:
1) Jumlah siswa yang tuntas belajarnya berdasarkan KKM pada siklus-1 mengalami peningkatan dari 2 siswa menjadi 10 siswa, atau dari 12% menjadi 59%.
2) Pada siklus-1 mengalami kenaikan 8 siswa dari pra siklus atau
47 %, sedangkan siswa yang belum tuntas masih ada 7 siswa atau
sebesar 41%.
3) Rata-rata nilai kelas meningkat dari 60.0 menjadi 68.7
4) Dari hasil penilaian sikap pada siklus 1, ada nilai tambah bagi siswa untuk aspek perilaku.
Namun demikian hasil yang diperoleh pada siklus-1 belum mencapai standar ketuntasan 80%, yang ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Indikator keberhasilan penelitian ini siklus-1 mencapai 59% atau sejumlah 10 siswa, yang mendapat nilai hasil belajar siswa ≥ 70 (sesuai KKM 70). Dari data dapat diperoleh informasi bahwa siswa yang tuntas belajar mencapai 59%, oleh karena itu penelitian dilanjutkan dengan mempersiapkan siklus 2.
Sebelum melakukan tindakan siklus 2 diadakan refleksi proses pembelajaran. Refleksi diadakan dengan melibatkan teman sejawat. Kegiatan refleksi bertujuan untuk mendapatan kritik dan saran dari teman sejawat selaku observer, agar pada siklus 2 hasil pembelajaran mencapai target ketuntasan sebesar 80%.
4) Refleksi
Hasil pengamatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga susunan sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi siswa kelas IV semester1 tahun pelajaran 2018/2019 SD Negeri .............., Kecamatan ............, Kabupaten ............, diperoleh kekurangan guru sebagai peneliti sebagai berikut :
a. peneliti dalam mengelola model bermain peran ditingkatkan.
b. pengelolaan waktu pembelajaran lebih efektif belum efisien.
c. peneliti kurang sabar sehingga pemahaman siswa belum maksimal.
d. pengelolaan kelas dikondisikan dengan baik.
e. peneliti membantu pembimbingan bagi siswa yang belum tuntas.
f. peneliti mengajak siswa untuk lebih rajin membaca buku pelajaran yang tersedia.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh observer pada siklus-1 tersebut ternyata berpengaruh terhadap 7 siswa, yaitu Erlin Fiani, Khasiful Anwar, Catur Akbar Novianto, Tuti Kunaefa, Lia Agustin, Irwanto, Mohamad Khasan Husen. Ketujuh siswa tersebut masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Sehingga perlu ada perbaikan kekurangan dalam pembelajaran bermain peran siklus 2. Maka dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga-lembaga susunan sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi pada siklus 1 belum tuntas dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Gambar 1 : Hasil karya model bermain peran siklus 1
Pembelajaran PKn Pilbup.
3. Deskripsi Hasil siklus 2
Siklus ke 1 yang belum tuntas belajarnya sejumlah 7 siswa atau 41%. Peneliti melakukan perbaikan pembelajaran masih menggunakan pendekatan model bermain peran. Hasil refleksi pada siklus 1 bersama teman sejawat (sebagai observer) menjadi pertimbangan untuk melaksanakan pendekatan pembelajaran yang lebih baik lagi. Pada siklus 2 peneliti melaksanakan pembelajaran satu kali pertemuan saja. Dikarenakan siklus 2 hanya untuk pemantapan materi pelajaran khususnya bagi siswa yang belum tuntas perlu ada pembimbingan. Namun demikian bagi siswa yang sudah punya bekal pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran sebelumnya.
Sebelum memasuki siklus 2 peneliti mempersiapkan rencana tindakan, pelaksaan tindakan, hasil tindakan, refleksi. Peneliti masih tetap berkolaborasi dengan guru kelas sebagai teman sejawat, untuk mendiskripsikan hasil siklus 2 sebagai berikut :
1) Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam bentuk rencana perbaikan pembelajaran yang disertai alat pengumpul data (lembar observasi, lembar penilaian). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan kompetensi dasar (KD)“Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi.”Pembelajaran siklus 2 dilakukan satu kali kegiatan bermain peran. Kegiatan pada pertemuan 1 adalah pembelajaran bermain peran tentang pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
Tujuan dari pada perbaikan pembelajaran siklus 2 mata pelajaran PKn, dengan kompetensi dasar (KD) “Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi.”dengan bermain peran diharapkan siswa:
a. Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan baik.
b. Dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa terhadap materi pelajaran PKn yang telah disampaikan.
c. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan hasil yang lebih baik.
d. Dapat menciptakan keberanian dalam setiap mengemukakan pendapat dengan baik dan lancar.
Dalam pembelajaran siklus 2 peneliti memberikan penjelasan materi pokok secara sekilas mengenai lembaga susunan sistem pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi. Setelah menerima penjelasan materi pelajaran PKn pada siklus 2 dilakukan bermain peran. Bermain peran pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilakukan satu kali, yaitu gubernur dan wakil gubernur.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dengan tahapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga-lembaga pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi. Pelaksanaan pertemuan kedua pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
a. Guru mengingatkan kembali materi tentang susunan pemerintahan kabupaten/kota.
b. Guru memberi penjelasan tentang susunan sistem pemerintahan provinsi.
c. Setelah selesai memberi penjelasan Guru memilih peran cara pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
d. Guru memberikan penjelasan tentang tata cara bermain peran
e. Guru memberi penjelasan permasalahan yang akan menjadi bahan bermain peran, bersikap jujur.
f. Memilih partisipan,guru dan siswa menjelaskan karakter
g. Menata ruang tempat untuk bermain peran
h. Anak yang tidak main jadi penonton sambil mengamati temannya.
i. Permainan dimulai tentang pelaksanaan bermain peran
j. Permainan bisa diulangi bilamana belum jelas.
k. Waktu jalannya bermain peran, guru memberikan masukan supaya lebih menjiwai.
l. Guru menutup dan menyimpulkan bersama murid.
m. Guru memilih siswa yang akan bermain peran.
n. Setelah selesai penghitungan suara, guru berdialog dan memberi penguatan tentang hasil bermain peran.
o. Guru memberi penegasan bahwa pemilihan gubernur dan wakil gubernur merupakan salah satu perwujudan sistem pemerintahan provinsi.
p. Guru mengakhiri permainan dengan memutar kaset yang berisi lagu pemilihan umum.
q. Guru memberi pertanyaan lisan tentang pemerintahan provinsi.
Dalam pelaksanaan tindakan mempunyai tahapan kegiatan pembelajaran PKn dengan materi pokok lembaga pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, dengan langkah sebagai berikut :
a. Kegiatan awal, meliputi menyiapkan peralatan bermain peran, menyampaikan salam, mengabsen, memotivasi siswa agar belajar tekun dan tertib, apersepsi melalui tanya jawab cerita guru tentang pemilihan kepala daerah dan wakil daerah di kabupaten ............ yang telah lalu.
b. Kegiatan inti, secara garis besar menjelaskan lembaga-lembaga pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, bermain peran pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, setelah selesai bermain peran pemilihan gubernur dan wakil gubernur peneliti membagi siswa membentuk kelompok kecil (tiap kelompok ada yang beranggota antara 6 - 8 siswa). Peneliti dibantu observer berkeliling mengamati dan membimbing siswa yang sedang diskusi kelompok. Siswa yang belum tuntas belajar sejumlah 7 anak harus mendapatkan pembimbingan baik secara individu, ataupun kelompok. Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti memberi tugas kepada perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian, sedangkan bagi kelompok yang belum tampil diberi tugas maupun yang sudah tampil diberi, untuk memberi tanggapan. Dalamhal ini ni peneliti bisa sebagai moderator. Setelah selesai diskusi kelompok selesai, siswa bersama peneliti menyimpulkan hasil pembahasan diskusi kelompok. Kemudian siswa diberi tugas mencatat hasil pembahasan diskusi dalam buku catatan masing-masing.
c. Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir mengadakan umpan balik dengan menanyakan kembali materi yang sudah diberikan melalui bermain peran dan diskusi kelompok. Dan menjajagi sampai dimana pemahaman siswa tentang materi pokok lembaga pemerintah kabupaten/kota, dan provinsi. Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan adalah meliputi proses pembelajaran bermain peran, dan aspek kognitif.
3) Hasil Tindakan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan (observasi), sedangkan penilaian terakhir masih mengacu pada siklus 1.
Agar ada keseimbangan antara pengamatan yang dilakukan observer dengan peneliti, maka diadakan diskusi hasil pengamatan selama bermain peran dan hasil tes formatif pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi. Hasil belajar siswa yang meliputi penilaian bermain peran dan aspek kognitif, disajikan tabel dan diagram siklus 2 dibawah ini, sebagai berikut :
Tabel 4 Hasil
Penilaian belajar pada siklus 2
No. Nama Siswa Jenis Penilaian Jumlah NA/3 Ketercapaian
A B A+2B
1 Erlin Fiani 66 80 226 75 T
2 Khasiful Anwar 55 71 197 65 TB
3 Catur Akbar N. 55 71 197 65 TB
4 Liyan Guswanti 66 85 236 78 T
5 Tuti Khunaefa 66 66 193 66 TB
6 Amad Barokah 77 77 231 77 T
7 Arti alam Pertiwi 77 82 241 80 T
8 Dwi Aida Arisanti 77 77 231 77 T
9 Hikmah Wahidatun 77 82 241 80 T
10 Lia Agustin 77 71 219 73 T
11 Irwanto 66 72 210 70 T
12 M. Khasan Husen 66 77 220 73 T
13 M. Alan Saputra 77 80 237 79 T
14 Rahmat Nurngajis 77 71 219 73 T
15 Siti Alfiatun 77 74 225 75 T
16 Zikah Tanaya 77 91 259 86 T
17 Abiyoga Bagus M. 77 82 241 80 T
Selanjutnya disajikan tabel perbandingan dari penilaian hasil belajar pada pra siklus, dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 12%, atau 2 siswa, sedangkan siklus 1 sebesar 59% atau 10 siswa, dan siklus 2 sebesar 82% atau 14 siswa. berikut tabel 5 perbandingan dibawah ini :
Tabel 5 Perbandingan
Hasil penilaian belajar siswa
No. Nama Siswa Nilai Ketr.
Pra Sikus Siklus 1 Siklus 2
1 Erlin Fiani 60 66 75 Meningkat
2 Khasiful Anwar 57 60 65 Meningkat
3 Catur Akbar N. 61 62 65 Meningkat
4 Liyan Guswanti 57 74 78 Meningkat
5 Tuti Khunaefa 57 56 66 Meningkat
6 Amad Barokah 63 71 77 Meningkat
7 Arti alam Pertiwi 64 74 80 Meningkat
8 Dwi Aida Arisanti 69 72 77 Meningkat
9 Hikmah Wahidatun 61 74 80 Meningkat
10 Lia Agustin 59 68 73 Meningkat
11 Irwanto 51 56 70 Meningkat
12 M. Khasan Husen 57 66 73 Meningkat
13 M. Alan Saputra 66 71 79 Meningkat
14 Rahmat Nurngajis 59 72 73 Meningkat
15 Siti Alfiatun 66 72 75 Meningkat
16 Zikah Tanaya 72 77 86 Meningkat
17 Abiyoga Bagus M. 71 77 80 Meningkat
Dari hasil tabel 5 diatas dapat kita lihat perubahan nilai yang dicapai siswa pada tiap-tiap siklus, rata-rata mengalami kenaikan,
a. Pada pra siklus (kondisi awal), siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 15 siswa dari 17 siswa atau sekitar 88%.
b. Pada siklus 1, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 7 siswa dari 17 siswa atau sekitar 41%.
c. Pada siklus 2, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 3 siswa dari 17 siswa atau 18%.
Adapun siswa yang dapat menguasai materi pelajaran mengalami kenaikan yang cukup membanggakan,yaitu :
a. Pada pra siklus, siswa yang tuntas belajar sebanyak 2 siswa dari 17 siswa atau 12%.
b. Pada siklus 1, siswa yang tuntas belajar sebanyak 10 siswa dari 17 siswa atau 59%.
c. Pada siklus 2, siswa yang tuntas belajar sebanyak 14 siswa dari 17 siswa atau 82%.
Selanjutnya disajikan diagram 5 perbandingan penilaian hasil belajar dari nilai pra siklus (kondisi awal), nilai siklus 1 dan nilai siklus 2, setiap siswa mengalami peningkatan.
4). Refleksi
Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan observer (dalam hal ini teman sejawat) mengenai pengaruh hasil pengamatan dengan hasil hasil evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan Kompetensi Dasar (KD) “Mengenal lembaga-lembaga susunan sistem pemerintah kabupaten/kota provinsi untuk siswa kelas IV semester 1 SD Negeri .............. Kecamatan ............ Kabupaten ............. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn dengan materi pokok lembaga-lembaga dan susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi pada silus ke 2, telah mencapai ketuntasan belajar siswa 80% atau sejumlah 14 anak untuk itu tidak perlu lagi siklus berikutnya.
Gambar 2 : Siklus 2 Hasil karya model pembelajaran bermain peran PKn, tentang Pilgub.
B. Hasil Analisis Data
Proses perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan dalam penelitian tindakan kelas di kelas IV SD Negeri .............. mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dengan materi pokok lembaga susunan system pemerintahan kabupeten/kota, dan provinsi. Perbaikan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2, maka dapat dibuktikan dengan perubahan nilai yang diperoleh siswa dalam setiap siklus, sehingga hasil pembelajaran PKn melalui model bermain peran dapat meningktakan keaktifan dan hasil belajar siswa. Dalam hal ini berdasarkan tabel penilaian hasil belajar siswa tiap siklus dibandingkan dengan penilaian hasil kondisi awal (pra siklus).
Tabel 6 Rekapitulasi
Ketuntasan Hasil Belajar
No Keterangan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1 Jumlah 1050 1168 1272
2 Rata-rata 60 68.7 74.8
3 Tertinggi 72 77 86
4 Terendah 51 56 65
5 Median 61 71 75
6 Modus 57 74 80
7 Standar Deviasi 5.7 6.7 5.8
8 Nilai ≥70 (Tuntas) 15 7 3
9 Nilai <70 (Blm Tuntas) 2 10 14
10 Prosentase Tuntas 12% 59% 82%
11 Prosentase Belum Tuntas 88% 41% 18%
Dari tabel rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa diatas digambarkan dalam bentuk diagram dibawah ini
Gambar 6 Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa setiap siklus perbaikan ,penguasaan materi pelajaran oleh siswa mengalami kenaikan. Dari pra siklus (kondisi awal) 12% , siklus1 59%, dan siklus2, 82%. Jadi prosentase ketuntasan belajar telah mengalami ketuntasan > 80%. Sedangan kenaikan rata-rata tes formatif dari pra siklus, 62 siklus1 69, dan siklus2, 77. Jadi masih ada 3 siswa yang belum mencapai batas tuntas KKM 70 dari jumlah 17 siswa, nama siswa yang belum tuntas adalah “Khasiful Anwar mendapat nilai 65. Catur Akbar Novianto mendapat nilai 65, dan Tuti Khunaefa mendapat nilai 66”.
Dari hasil perbaikan pembelajaran PKn materi pokok lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi telah mencapai ketuntasan 82% pada siswa kelas IV SD Negeri .............., Kecamatan ............, Kabupaten ............ tentang hasil ketuntasan belajar.
Dari data yang disajikan terlihat bahwa pada siklus 2 terdapat 14 siswa yang telah tuntas nilai hasil belajarnya. Sementara yang 3 siswa yang belum tuntas diberikan remidi berupa tugas rumah.
Melihat penilaian hasil belajar serta tingkat ketuntasan siswa setelah perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi pokok lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi kelas IV SD Negeri .............. terdapat adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar yaitu :
1) Siklus 1 siswa terlihat ada aktif dalam mengikuti tes formatif dari 17 siswa, yang tuntas belajar sejumlah 10 siswa atau 59%. Minat belajar siswa meningkat, terlihat adanya keberanian mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut, dan keaktifan peran serta selama mengikuti pembelajaran PKn.
2) Siklus 2, terjadi kenaikan prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu 82% atau 14 siswa berari telah mencapai diatas batas ketuntasan , namun masih ada 3 siswa atau sekitar 12%, yang belum mencapai KKM (70) adalah Khasiful Anwar 65, Catur Akbar 65, dan Tuti Kunaefa 66.
C. Pembahasan
Karena materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih berupa konsep-konsep yang masih abstrak, menyadari bahwa karakteristik anak usia SD/MI dalam tahap operasional konkret. Untuk itu perlu suatu pendekatan yang dapat membantu penyampaian materi pelajaran dengan mudah. Digunakan suatu pendekatan proses pembelajaran yang disebut model bermain peran. Model pembelajaran bermain peran dilakukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Model bermain peran menjadi pembelajaran yang menyenangkan, tanpa merasa terpaksa. Melihat kondisi awal, peneliti belum menggunakan pendekatan model bermain peran. Dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan, siswa belum tampak aktif secara social maupun kognisi.Hasil penilaian pra siklus belum mencapai kriteria ketuntasan.
Pada pembelajaran berikutnya penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan perbaikan selama 2 siklus. Pendekatan yang digunakan adalah model bermain peran. Hasil penilaian siklus 1 mencapai kriteria ketuntasan sebesar 59%, sedangkan pada siklus 2 ketuntasan belajar mencapai 82%, keterlibatan siswa melalui model pembelajaran bermain peran meningkat dibandingkan pada kondisi awal. Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa terlihat pada tabel rekapitulasi hasil pengumpulan dan pengolaan data. Peneliti melakukan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang relevan dengan materi pokok lembaga-lembaga susunan pemerintahan kabupeten/kota, dan provinsi. Materi yang disampaikan relevan dengan pendekatan model bermain peran. Pembelajaran selama 2 siklus menunjukan keaktifan dan kenaikan prestasi hasil belajar.
Hal ini merupakan cerminan bahwa dalam pembelajaran harus menggunakan pendekatan model pembelajaran yang relevan dan berbagai metode yang bervariasi. Adanya interaksi yang bermakna antara guru dengan siswa, interaksi yang membantu kesulitan belajar, terjaganya iklim kelas yang kondusif (Bramer 1979).
Belajar akan lebih baik dan bermakna apabila proses pembelajaran merasa senang, karena belajar melalui bermain . Selaras dengan model pembelajaran bermain peran dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai pendapat Robert J.Havighurt (dalam Ristasa dan Prayitno, 2006), bahwa anak usia SD memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang belajar dan bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan, melaksanakan dan memperagakan sesuatu secara langsung.
Dalam model bermain peran, siswa dapat mengeksplorasi hubungan anatar pribadi cara memperagakan sebagai tokoh dan berperilaku seperti tokoh itu sesuai dengan skenario yang telah disusun guru. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian rupa sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian ini dilakukan oleh siswa, terutama pada semua siswa dapat masuk di dalamnya.
Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya. Kegiatan inilah yang disebut pembelajaran dengan model bermain peran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanSetelah selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) melalui pendekatan model bermain peran dapat meningkatkan keaktifan, dan prestasi belajar siswa. Sudah nampak aktivitas dan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari pra siklus, siklus-1, dan Siklus-2 pada pembelajaran dengan materi pokok mengenal lembaga-lembaga susunan pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan model bermain peran meningkatkan keaktifan belajar siswa, indikator peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri .............., antara lain dapat dilihat dari :
a. Peran serta dan keterlibatan siswa waktu melakukan bermain peran pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
b. Materi pelajaran yang dijelaskan melalui pemeranan mudah diterima.
2. Penggunaan model bermain peran meningkatkan prestasi hasil belajar siswa kelas IV SDN ………... Indikator keberhasilan peningkatan prestasi hasil belajar siswa dapat dilihat dari:
a. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 60,0 pada Pra Siklus, 68.7 Siklus-1 dan 74.8 Siklus- 2.
b. Prosentase tuntas juga meningkat dari 12% pada Pra Siklus, 59% siklus-1, dan 82% siklus-2.
c. Nilai tuntas mengalami kenaikan jumlah dari 2 siswa pada pra siklus, 10 siswa siklus-1, dan 14 siswa siklus-2.
3. Pembelajaran dengan model bermain peran tidak hanya tidak hanya meningkatkan prestasi aspek kognitif saja. Dengan bermain peran akan mendapatka inspirasi dan pemahaman yang dapat mempengaruhi sikap, nilai dan persepsi. Juga sebagai bekal terjun di masyarakat. Model bermain peran dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berinteraksi dengan orang lain, sehingga dapat meningkatkan ketrampilan sosial pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang aktif dalam kerjasama, berinisiatif, dan perhatian yang makin meningkat pada siklus-1 dan siklus-2.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) melalui pendekatan model bermain peran,antara lain :
1. Menyiapkan peralatan yang relevan yang akan digunakan pembelajaran dengan model bermain peran.
2. Menguasai penggunaan model bermain peran dengan tepat dan bervariasi untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar.
3. Dalam pembelajaran model bermain peran selalu ditanamkan ketrampilan berkomunikasi.
Sebagai tindak lanjut dalam peningkatan kualitas guru, seyogyanya, pertama setiap hasil laporan disosialisasikan kepada teman-teman seprofesi melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). Kedua hasil laporan perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan materi pokok mengenal lembaga-lembaga pemerintahan kabupaten/kota, dan provinsi melalui model pembelajaran bermain peran perlu ditindaklanjuti, karena hasil laporan perbaikan pembelajaran tersebut terdapat kelemahan atau kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Sa’dun dkk, 2003, ”Laporan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu”, Malang: Lembaga Penelitian UM.
Endang Komara , 2009 ”Model Bermain Peran Dalam Pembelajaran
Partisipatif” http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-
bermain-peran-dalam-pembelajaran_29.html
Moedjiono & Dimyati, (1992 : 80), dan Ali (1996 : 83) “Model Bermain Peran” http://www.pro-ibid.com/content/view/104/1/
Mulyasa,E, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung :PT Remaja Rosdakarya
Puslitdik Lemlit UNM, 2003 ”Laporan Penelitian Pengembangan Model-model Pembelajaran terpadu untuk PPKn SD”. Penerbit Departemen Pendidikan Nasional Ditjen Dikdasmen Direktorat TK,SD.
Ruminiati, 2007, Bahan Ajar Cetak Pengembangan PKn SD Program S1 PGSD diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Departemen
Pendidkan Nasional.
Syaiful B, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta
Uno B. Hamzah, 2007. Model Pembelajaran (menciptakan proses belajar mengajar) yang kreatif dan efektif. Jakarta. Bumi Aksara.